Minggu, 31 Oktober 2010

Rahasia Hati Seorang Ayah

Entah kenapa, saya selalu berbeda paham dengan papa tentang apa aja. Suatu ketika papa menginginkan saya bekerja diperusahaannya, tapi saya bukan tipe orang yang suka nangkring dengan kesuksesan orang tua. Saya lebih memilih hidup dari nol, sehingga saya tahu bagaimana perihnya berjuang dari awal, dan ketika akhirnya menuju puncak, maka saya bisa merasa bangga akan jerih payah saya, dan itu bisa jadi bekal dan contoh buat anak anak saya. Tapi tidak dengan pendapat papa. Papa pernah bilang "kamu sombong.. dikasih kerjaan ama orang tua kok malah gak mau.. gak menghargai dan bla bla bal.." Saya hanya diam dan memendam sendiri semua omelan omelan papa. Dongkol. Pastilah. Tapi melawan orang tua gak ada gunanya. Selain bikin hati tambah dongkol karena gak bakal menang berargumentasi dengan orang tua, melawan sama saja dengan menjadi anak durhaka.



Pernah juga suatu ketika, papa ngotot menyuruh saya segera menikah. Dan itu terjadi 3 tahun yang lalu. Tiba-tiba papa nyodorin pemuda buat saya nikahin. "loh apa apan ini, ini bukan zamannya Siti Nurbaya, saya bisa cari sendiri.." jawan saya ketika itu. Dan penolakan saya berakibat fatal. Papa memusuhi saya setahun lebih. Tidak pernah menyapa barang sedikitpun. Apapun yang saya lakukan selalu salah didepan papa. Sampai sampai saya memutuskan untuk tinggal diluar rumah. Jauh dari rumah papa karena tidak tahan dengan sikap papa.

Bukan itu saja. Masih banyak lagi kejadian kejadian yang membuat saya terus berseberang pendapat dengan papa. Semua kejadian itu pernah membuat saya berpikir, "saya ini anak siapa sih.. kok gini gini amat.." Tapi mama selalu bilang "Itu karena papa sayang kamu nak..!!" Ah sayang, sayang kok musuhin :( ..

Kemarin sore papa dan mama berangkat pergi haji. Saat berpamitan semua sanak saudara berkumpul dirumah. Saling maaf maafan dan saling bertangisan. Entah kenapa, tidak ada air mata yang menetes dipipi saya ketika bersalaman dengan papa. Papa juga tidak mengatakan apa apa. Hanya diam (udah beku mungkin hatinya).  Tapi gitu bersalaman dengan mama, saya tidak bisa membendung air mata. Saya menangis. Sedih.. Mama berpesan agar saya baik baik jaga diri dan masih banyak nasehat lagi. Ah mama... benar benar pengertian sama anak beda banget sama papa). Dan setelah semuanya, kami pun mengantar mereka ke Asrama Haji, tempat para Calon Haji dan Hajjah berkumpul sebelum diterbangkan esoknya.

Namun hari ini, ketika saya utak atik, baca sana baca sini, ada suatu kisah yang membuat saya tersentuh. Tentang rahasia hati seorang ayah. Yang membuat saya tersadar. betapa sesungguhnya beban seorang ayah itu sangat berat. Kisah yang membuat mata hati saya terbuka. Kisah yang membuat saya seketika melaju kencang mobil saya menuju bandara. Karena sebentar lagi papa dan mama akan meninggalkan tanah air. Saya ingin meminta maaf sama papa. Apapun saya, saya tetap anaknya. Dia tetaplah seorang papa. Saya ingin menangis dihadapannya. Ingin bilang "betapa saya sangat mencintai papa.. betapa saya.......

ah sudah lah.. saya gak mau menangis sambil menulis postingan ini... Untuk papa dan mama... selamat jalan. semoga menjadi haji yang mabrur. Maafkan anakmu yang tidak berbakti ini :((

****************

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya, "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya.  Anak perempuan itu berguman : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak perempuannya itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak perempuan itu tambah kebingungan. 

Karena penasaran, kemudian anak perempuan itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?" Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak perempuan itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.
Hingga pada suatu malam, anak perempuan itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan KERUTAN diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia dan BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia dan Akhirat."

Terbangun anak perempuan itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak perempuan itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya, Seraya berkata, " AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH !"

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan TANGAN AYAH.
.

3 komentar:

  1. Hebat..menyentuh,jd merenungi diri sndri...:'(

    BalasHapus
  2. Saran: Kalimat penutup seharusnya sedikit di rubah menjadi: "tetapi tak satupun yang lebih indah dari keindahan yang dilukiskan Tuhan di tangan Ayah"

    Kalo kalimat diatas seolah ada makna : keindahan Tuhan VS Keindahan tangan Ayah.

    🙏🙏

    BalasHapus