Selasa, 19 Oktober 2010

cerita kita (part 2)

"Jika kau melihat langit pada malam hari, lihatlah cahaya langit paling terang yg berpendar dalam wujud gugus bintang. Ingatlah aku setiap kali kau melihat benderangnya. Hatiku akan tertambat untukmu za. Selamanya.
Maafkan aku telah membuatmu bersedih. Tak bisa kulukiskan rasa sesalku za. Jika kata maaf ini dapat kau terima, aku akan sangat bersyukur. Karena langkah ku pergi akan terasa ringan. Aku gak mati za. Aku ingin denganmu. Tapi aku gak berdaya. Jangan lupakan aku ya. Jangan buang aku dari hatimu."

Air mataku mengalir tak terhenti. Aku terisak. Begitu menderitanya kamu ri. Aku gak mungkin membiarkanmu sendiri.

Aku tersentak oleh deringan suara telpon genggam.
"za, lo dimana ?"
"gue diruang rapat, ada apa ti ?"
"rapatnya dibatalkan, rega collaps. Kumat. Tadi dibawa kerumah sakit sama jaka dan bima. Nyusul gih. Kami jg lagi jalan nuju rumah sakit. Oh ya, rumah sakit gleny ya cepetan.. Halo halo za. U still there ?
Aku tak lagi bisa mendengar suara muti. Yang ada dikepalaku cuma rega. Ya ampun ri..
Aku berlari menuruni tangga. Entah berapa kali aku hampir saja terjatuh. Aku harus segera sampai dirumah sakit. Aku gak mau terjadi apa apa dngan rega. Aku gak peduli dia sakit. Aku mencintainya. Tuhan. Jangan ambil dia dariku.

Perjalanan rumah sakit terasa sangat lama bagiku. Aku mengutuk dalam hati. Air mataku tak mau berhenti mengalir.

Sesampainya dirumah sakit, aku berlari menuju UGD. Ku lihat teman teman sekantorku sudah menunggu di depan ruangan itu. Ada juga mama papanya rega. Mereka kelihatan sangat terpukul.
Aku memeluk muti. Menumpahkan segala sedihku.

"Rega sudah lama sakit za. Maaf tidak memberitahu lo. Rega yg larang. Karena dia gak mau lo sedih"
"gw tau ti, gw tau. Gw baca diary rega tadi"
"yang sabar ya sayang, rega udah ditangani dokter."
Aku mengangguk. Melepaskan pelukan muti.
"gw gak mau kelihatan sedih ti, gw gak mau rega lihat gw sedih"
"ya.."
Muti mengusap punggung tanganku. Menguatkan aku.

"ada yg bernama moza ?"dokter keluar dari ruangan ugd. Aku mengangakat tangan.
"saya dok, saya moza"
"pasien rega sudah siuman. Dia ingin bertemu anda, tp jangan buat dia terlalu capek. Dia masih sangat lemah"
"iya dok"
Aku minta izin ke mama papa nya rega. Mereka mengangguk. Mengizinkan aku bertemu anaknya.

Aku membuka pintu perlahan. Aku melihat Rega seperti orang tidur. Sangat damai. Dengan banyak selang d wajah dan tangan nya. Aku ingin nangis. Aku ingin memeluknya. Tapi aku harus bisa menahan diri. Perlahan aku mendekat. Rega menoleh. Tersenyum. Manis sekali.
"hai" sapaku kaku.
"bagaimana keadaanmu ?"
"aku baik. Tentu saja, karena aku belum mati"
Aku menutup bibir Rega dngan ujung jari telunjukku.
"aku yakin kamu sembuh. Kamu kuat Ri."
"aku gak punya tenaga untuk memperlambat jalan kehidupan Za"

Aku menarik kursi. Duduk didekatnya. Sangat dekat. "kau keliru Ri. Jam kehidupan berjalan relatif. Kadang cepat kadang lambat. Kita seharusnya mampu mengikuti kecepatannya agar kita dapat menikmati hidup."
"tapi umurku tidak lama lagi Za"
Aku mengelus rambutnya. Membelai pipinya lembut.
"tidak ada satupun manusia yang tau, kapan dia akan mati ri. Tidak kamu, tidak juga aku. janjilah kau akan selalu bersemangat buat hidup. Untukku. Untuk kita. Aku gak mau kamu ninggalin aku Ri. Aku gak tahan jauh dari kamu."
Aku mulai terisak. Pertahananku jebol. Aku rapuh disaat bersamaan. Rega membelai pipiku lembut. Menyeka air mataku.
"seperti biasa, kau selalu membuatku terpesona.. Sini peluk aku" perintahnya.
Aku membenamkan diri dipelukan rega.
Memeluknya.
"berbagilah rasa sakit itu denganku Ri, itulah guna nya belahan jiwa" bisikku.
Rega mengangguk kan kepalanya.
"aku akan menikmati kecepatan waktu itu bersamamu sayang. Aku janji" Rega tersenyum. Menjentikkan jarinya di hidungku.
Mau gak mau aku tersenyum.
"jangan nangis lagi. Mata kamu tu dah sama gedenya kayak bola pimpong" candanya.
Aku tertawa. Menggenggam jemari Rega.
"jangan buat aku senewen lg ya Ri. Nyiksa tau gak" sungutku.
"tau gak Za, aku selalu ingin mengatakan bahwa aku selalu jatuh cinta padamu."
"aku juga mencintaimu Ri. Sangat mencintaimu."
"aku bahagia mendengarnya sayang.. Maafkan aku udah nyakitin kamu ya ?"
Aku mengangguk. Memberikan senyum terindah untuknya.

Aku gak peduli apa yang akan terjadi dikemudian hari. Seluruh kecepatan waktu itu aku serahkan pada sang Pemiliknya. Biarlah Dia yang menentukan. Tapi yang pasti kini hatiku telah dipenuhi oleh gelembung kebahagiaan. Karena Rega memberiku kesempatan mendampinginya kembali. Tak ada yg lebih indah dari sekedar kata cinta. Selain ucapan penyerahan diri yang sangat dalam. "ini hatiku Ri, akan selalu jadi milikmu"

1 komentar:

  1. Dgn,atas nama cinta smua t'jadi.dr yg lemah tak b'arti mjd hakiki sejati.sprt t'cipta u/ jiwa yg suci,namun tak bisa m'beri.hny seuntai doa dan harapan,..dalam perenungan panjang kesunyian...

    BalasHapus