Senin, 18 Oktober 2010

Cerita kita

Aku terduduk lemas didepan rumah. Termangu. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Di luar, langit yang tadinya berwarna cerah mendadak dipayungi deretan awan kelabu. Seolah mengerti kemurungan hatiku.
"kita putus." katamu
"apa ? Maksud kamu apa ?" aku kaget mendengar kata kata yang begitu saja keluar dari bibirmu. Tanpa beban. Diucapkan dengan tenang. Aku tak melihat dirimu seperti kamu yang dulu. Kamu yang hangat. Yang ceria. Belakangan kamu kelihatan sangat murung. Berkali aku mencoba bertanya, ada apa denganmu. Tapi kau selalu mengelak dan mengatakan "kau baik baik saja". Tapi aku kenal kamu. Ada sesuatu yang terjadi didirimu. Aku gak tau itu apa.
Dan hari ini, kau mengajakku bertemu dicafe tempat biasa kita makan siang. Dan entah kenapa, pertemuan itu menjadi duka dihatiku.
"aku salah ya ? Kenapa kamu minta putus ?" aku mulai terisak.
"kamu gak salah za, kamu adalah wanita terbaik dihidupku."
"lalu kenapa kamu minta putus, jelaskan ri..!
"itu karena, aku tidak mencintaimu lagi. Rasa itu sudah hilang. Maafkan aku za.."
"kamu jahat, kamu jahat Ri.."
Aku gak sanggup lagi mendengar kata kata yang keluar dari bibirmu. Hatiku terlalu sakit. Tega sekali kau. Air mataku mengalir deras tak terbendung lagi. Hatiku sakit. Perih. Dan langit seolah mengerti hatiku. Sekali lagi terdengar suara petir menggelegar. Mengharu biru hatiku.

Seperti magnet yang berlawanan, seperti itulah kita sekarang. Setelah pertemuan terakhir di kafe itu, aku tak pernah lagi ingin bertemu denganmu walau hanya berpapasan. Hatiku masih terluka.
"kenapa sih Za, menghindar dari rega.. ! Muti rekan kerjaku dikantor heran melihat tingkahku.
"putus masih bisa berteman kan Za, apalagi kita masih kantor !
"justru itu, aku mau resign. Aku gak sanggup melihat dia tiap hari. Aku benci Ti !
"tadi malam ri telpon aku, dia minta aku menjagamu !"
"aku bukan anak kecil lagi ti, aku udah besar. Aku tau apa yg terbaik buatku. Dan Rega. Kita udah putus. Aku gak mau dengar apa apa lagi tentang dia..
"jangan gitu. Kelihatan nya dia khawatir banget lo. Kayaknya dia masih cinta lo tu- buktinya dia masih peduli.. "
"tau ah, bodo. Aku mau makan siang. Mau ikut gak ?"
"traktir ya Za ?
"dasar muke gretongan, ya deh gw traktir"

Aku termenung diruangan rapat. Hari ini pak Heru mengadakan meeting mendadak masalah penjualan product. Itu artinya meeting ini akan dihadiri aku, Rega dan pak Heru. Huft. Kenapa harus dia. Tentu saja, batinku. Kita berada disatu devisi.
Aku menghela nafas. Tak ada orang diruangan ini. Hanya aku. Kemana sih orang orang. Aku melirik jam dipergelangan tanganku. Sudah lewat 10 menit dari jadwal yang ditentukan. "sudahlah, aku tunggu sebentar lg "pikirku.

Aku menimang nimang apa yang aku lakukan sekarang. Bosan rasanya menunggu.
Aku memutuskan memeriksa kembali hasil laporan penjualan, mana tau dibutuhkan dalam rapat nanti. Tak sengaja mataku tertumpu pada diary hitam dihadapanku. Punya siapa ini. Apa punya pak heru ? Atau.. Penasaran aku mengambil diary itu dan membukanya. Terlihat jelas sebuah nama seorang pria yg saat ini aku benci. Rega Budiman.
Penasaran. Aku membuka lembar demi lembar kertas putih itu.

*Hari ini awal hari jadiku dengan nya. Wanita yg telah mencuri hatiku dari awal dia memperkenalkan diri sebagai staf marketing baru dikantor ini. Aku mencintaimu za. Jadilah wanitaku selamanya*
*hari ini za ulang tahun. Dia sangat senang waktu aku membuat surprise party untuknya. Katanya, ini ulang tahun terindah.*
*hari ini genap 3 bulan aku menjalin hubungan dengan za. Makin hari dia makin memikat hatiku. Gadis yang sempurna. Tapi bagaimana jika dia tau penyakitku. Apakah dia masih mau menerimaku ? Tuhan, beri aku kesempatan untuk hidup. Aku mohon.*

Deg. Rega sakit. Kenapa aku tidak tau.. ? Penasaran aku melanjutkan membaca lembar demi lembar ungkapan hati rega. Aku baru tau, ternyata rega mengidap penyakit kanker. Aku bergidik. Mengapa dia merahasiakan semua dari aku ? Kenapa aku begitu bodoh tak bisa membaca raut wajahnya yg pucat saat dia kesakitan. Airmataku menetes. "maafkan aku Ri"

*Hari ini aku kembali memeriksakan diri ke dokter. Rasa nyeri di ulu hati ini tak bisa ku tahan. Sakit sekali. Za menawarkan diri mengantarkan aku kerumah sakit. Tapi mana mungkin. Aku gak mau dia tau kalau aku sakit.*
*rasanya ingin teriak. Menjerit. Memaki. Aku memang laki laki bodoh. Bagaimana bisa aku menyakitimu za. Maafkan aku. Tapi keputusan ini harus aku ambil. Aku gak mau kau menderita kalau kau tau hidupku tinggal menunggu waktu. Maafkan aku za. Aku mencintaimu. Selalu.

Air mataku menetes kian deras. Kenapa kau berpikir sepicik itu tentang aku ri ? Aku mencintaimu. Aku gak mungkin meninggalkanmu hanya gara gara penyakitmu. Kau jahat ri.

*kadang kadang saat kau hampir mati, kau bahkan tidak lagi takut pada kematian.
*aku sedih. Tapi aku bisa apa. Moza menghindariku. Aku merasa sangat berdosa tlah menyakitinya. Maafkan aku Za.*
*jika ada cara lain untuk mengatakan betapa aku mencintaimu za, akan kulalukan cara itu. Jika ada yg bisa aku lakukan untk menebus rasa bersalahku, aku ku tempuh cara itu. Jikapun kematian adalah cara aku menunjukkan betapa aku sangat mencintaimu, makan akan ku temph cara itu. Karena bagiku, kaulah nyawaku za. Kau hidupku. Satu hal yg tak aku sadari, aku tak sanggup kehilanganmu. Aku gak bisa jauh dari kamu.
Tapi kau harus tau za. Aku sakit. Hidupku tidak lama lagi. Aku gak mau kamu berduka karena aku. Jadi mengertilah. Jika suatu saat nanti aku harus pergi. Aku mau diary menjadi kenang kenanganku untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar