Entah kenapa, saya selalu berbeda paham dengan papa tentang apa aja. Suatu ketika papa menginginkan saya bekerja diperusahaannya, tapi saya bukan tipe orang yang suka nangkring dengan kesuksesan orang tua. Saya lebih memilih hidup dari nol, sehingga saya tahu bagaimana perihnya berjuang dari awal, dan ketika akhirnya menuju puncak, maka saya bisa merasa bangga akan jerih payah saya, dan itu bisa jadi bekal dan contoh buat anak anak saya. Tapi tidak dengan pendapat papa. Papa pernah bilang "kamu sombong.. dikasih kerjaan ama orang tua kok malah gak mau.. gak menghargai dan bla bla bal.." Saya hanya diam dan memendam sendiri semua omelan omelan papa. Dongkol. Pastilah. Tapi melawan orang tua gak ada gunanya. Selain bikin hati tambah dongkol karena gak bakal menang berargumentasi dengan orang tua, melawan sama saja dengan menjadi anak durhaka.
Minggu, 31 Oktober 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Bersama Bulan Bulat Penuh
Masih pada malam yang menggelayut sepi
Dengan semburat sinar rembulan bulat penuh
Dan ada lima titik sinar bintang berkelip
Terduduk aku pada keheningan menjemput
Disini..
Ada sebuah hati yang terkoyak
Tempat semua harapan yang dulu dititipkan
Tak usah kau cemaskan
Aku pasti baik baik saja
Kau pernah menulis dalam selembaran kertas berwarna biru
“Jangan pernah menggantung harapan padaku”
Tapi kau salah, kau bukan lagi harapan ku
Kau adalah hidupku
Meski kini kau telah buyarkan asaku
Tuhan pasti dengarkan setiap jerit tangisku
Kini bersama terang bulan bulat penuh
Kembali aku mengurai kumpulan cerita
Menghitung helai demi helai lembaran kertas luka yang mengering
Bersama tapak batas anganku
Aku percaya
Kekasih akan kembali membingkai rindu
Jadi..
Berhentilah jika kau lelah
Dalam kepenatanmu aku hadir dengan cahaya
Yang menantimu dipersimpangan jalan
Tempat mengistirahatkan tubuh penatmu
Bersama bulan bulat penuh
Aku menanti waktu itu
senandung rindu
Kali ini..
Malam menyuguhkan bulir hujan satu satu
Romantisme dingin menusuk tulangku
Diiringi tembang lagu sendu
Menggelitik otakku dengan nada nada rindu
Ah..
Aku memang rindu
Pada saat bulir hujan jatuh satu satu
Ada kamu
Ada aku
Ada senandung rindu
Malam menyuguhkan bulir hujan satu satu
Romantisme dingin menusuk tulangku
Diiringi tembang lagu sendu
Menggelitik otakku dengan nada nada rindu
Ah..
Aku memang rindu
Pada saat bulir hujan jatuh satu satu
Ada kamu
Ada aku
Ada senandung rindu
senyum yang sesaat
Senyum itu hanya kunikmati sesaat
Meski kutangkap tapi tak sempat kuabadikan
Senyum dibibir penuh luka
Karena duka yang serakah
Merenggut bahagia tanpa rasa iba
Senyum itu hanya sekejap
Tersungging lalu hilang
Terkulum bulat bulat
Oleh duka yang terpahat
Senyum itu hanya hadir sesaat
Terlukis diwajah merah darah
Lalu hadir tangisan
Aku meringis
Menggenggam rindu
Dalam dada yang tertikam pilu
Senin, 25 Oktober 2010
Lidah itu Tajam, Jendral :)
Sufyan Ats-Tsauri berkata,"Bila saya menyerang seseorang dengan anak panah, maka itu lebih baik bagiku daripada menyerangnya dengan lidahku karena serangan lidah tidak pernah meleset. Sedangkan bidikan anak panah seringkali luput dari sasaran."
Lidah itu ibarat dua mata pisau yang sangat tajam. Jika kita tidak menggunakannya dengan baik, maka senjata itu akan melukai orang lain, juga melukai diri sendiri. Begitu juga dengan lidah. Jika tidak dipergunakan dengan baik, dengan tutur kata yang baik, juga bisa melukai perasaan orang lain. Lidah memang tidak bertulang, mudah saja membengkokkannya ke sana kemari sejalan perubahan cuaca hati pemiliknya. Luka atau cedera fisik akan lebih mudah diobati dan sembuh, namun sakit hati seseorang akibat perkataan negatif yang ditujukan kepadanya tidak akan segampang itu disembuhkan.
Berapa banyak persahabatan yang terpecah dikarenakan ketajaman lidah, berapa banyak perceraian yang terjadi antara suami istri diakibatkan oleh lidah, berapa banyak tawuran yang terjadi antara sekolah, antara suku, desa yang diakibatkan oleh lidah. Dan masih banyak lagi keburukan yang terjadi karena ulah lidah ini. Entah itu berupa perkataan dusta, mencela, ghibah (bergunjing), adu domba, saksi palsu, mencerca dan lain sebagainya.
Al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa perbedaan antara orang bijaksana dan orang bodoh terletak pada dimana dia meletakkan lidahnya.Menempatkan lidah di belakang hati hingga dia hanya akan mengatakan hal-hal yang dipikirnya mengandung kebaikan dan dirasa tidak akan membahayakan adalah ciri orang yang bijak. Sementara si dungu menjadikan ujung lidah berada di depan akalnya hingga tanpa mau repot-repot memikirkan dampak baik atau buruk yang bisa timbul, dia akan langsung bicara seenak perutnya.
Ada pepatah yang mengatakan "luka karena pedang, jika dibalut akan kembali sembuh sejalan dengan berlalunya waktu, tapi tidak dengan luka yang disebabkan oleh tajamnya lidah".
Oleh karenanya, adanya baiknya kita menjaga lidah kita dari hal hal yang bukan merupakan kepentingan kita, walaupun itu berbentuk gurauan. Karena terkadang, gurauan yang dilontarkan tidak berkenan dihati orang lain sehingga terjadi kesalah pahaman.
Seorang sahabat Rasul SAW, yakni Abu Dzar Al-Ghifari r.a. menasehati,"Jadikan perkataan hanya dua (jenis) kalimat saja, yaitu kalimat yang bermanfaat dalam urusan duniawi dan kalimat yang kekal (manfaatnya) di akhirat." Apabila tak ada kedua jenis kalimat di atas dalam perbendaharaan kita, maka lakukanlah ibadah yang sangat ringan dan nilainya setara dengan tujuh ribu kebaikan, yaitu DIAM.
Minggu, 24 Oktober 2010
pemimpi
Walaupun aku tidak memiliki impian, tapi aku selalu mempunyai rencana. Dulu ketika masih menginjak bangku kuliah, aku belajar bertanggung jawab dan terencana, serta menyusun tujuan-tujuan yang dapat aku raih. Menyelesaikan kuliahku, bekerja, cari pacar, menikah dan memiliki anak. Lalu semuanya berubah. Aku tidak pernah melupakan minggu terakhir kuliahku 2 tahun lalu.
Mendekati wisuda dokter mendiagnosaku menderita penyakit ginjal kronik. Parahnya lagi, salah satu ginjal itu harus diangkat karena tidak berfungsi lagi. Aku meninggalkan rumah sakit dengan hati hancur. Dalam ketidak yakinan akan masa depan, aku menangis. Walaupun teman-teman dekatku menghibur, aku tidak dapat menyembunyikan ketakutanku pada kematian. Bagaimanapun juga, aku akan menjalani ujian demi ujian menghadapi rasa sakit d perut dan pinggangku. Aku mulai merasa berbeda dengan orang lain. Walaupun kita sama-sama diwisuda, tapi mereka dapat melangkah ke babak baru dalam kehidupan mereka. Sementara aku harus melalui hari-hariku dengan segudang ketakutan akan kematian. Bagiku terasa menarik melihat sikap mereka terhadapku. Walaupun mereka khawatir dengan keadaanku, tapi sikap mereka yang wajar, tidak mendramatisir keadaan membuatku merasa lebih nyaman.
Semakin dekat tanggal operasi yang ditentukan, akupun semakin sering mengalami rasa sakit. Dinding kekuatan yang telah aku bangun sedikit demi sedikit runtuh. Aku sangat marah karena harus mengalami semua ini sementara orang lain dapat menikmati hidup mereka. Aku menghabiskan banyak waktu untuk bertanya, kenapa mesti aku ?
Tetapi sesuatu yg sangat bagus terjadi ditengah tengah semua ini. Aku mulai memandang semua hal yang indah di sekelilingku dengan cara pandang yang baru. Hal hal terkecil mulai dapat tertangkap dimataku. Aku menyadari betapa penuh warna dan cerahnya matahari terbenam ketika aku menikmatinya. Helaian rumput dihalaman rumah terlihat seperti tirai hijau yang terang. Tawa dan canda seluruh keluarga dirumah dapat menjadi obat yang manjur untuk melalui hari yang buruk.
Secara ajaib, aku terbangun dari operasi dengan penuh rasa syukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup. Kata kata tidak dapat melukiskan kebahagiaan yang aku rasakan pada peristiwa istimewa saat itu, ketika diberikan kesempatan kedua untuk hidup.
Masa penyembuhanku merupakan proses yang lama. Aku belajar berjalan lagi dan mulai melakukan hal hal yang sederhana. Hari hari ku lalui kedepannya akan lebih berat lagi. Karena sekarang aku harus hidup dengan satu ginjal yang tidak begitu sehat. Dokter menyarankan aku untuk cuci darah minimal seminggu sekali sebelum aku menemukan pendonor untuk ginjalku. SekaranG aku cukup mengerti, betapa berharganya sebuah kesehatan.
Walaupun dengan segala keterbatasanku sekarang, aku yakin kehidupan pasti dapat berputar terbalik. Aku telah memulai dari awal yang baru dan aku menikmati setiap menitnya. Aku sering mendengar orang mengatakan kamu harus memimpikan sesuatu yang tak terbayangkan, tapi aku lebih memilih merencanakannya. Sekarang, bermimpi besar dan mengikuti keinginan hatiku tanpa tahu bagaimana itu akan berakhir adalah satu-satunya hal yang dapat kulakukan.
Jika semua mimpi harus kembali dibangun dari awal, maka mulailah dari sekarang. Hidup bukan hanya sebuah pilihan. Jika kaki sudah dilangkahkan, dan tekad telah dibulatkan, percayalah.. akan ada harapan baru..
Sabtu, 23 Oktober 2010
sex before marriage ? Yes Or No ?
Anna tercenung.“Dini hamil ? mungkinkah ? bukannya Dini belum pernah menikah ? Lalu dengan siapa dia berhubungan ? Dengan Toni kah ..?”
Atau..
“gw baru aja ngelakuin itu ama Deny..” ujar Dina pada sahabatnya“Gila lo !! berani amat ? trus kalo lu hamil gimana ?”“Ya gak lah, kan kita pake pengaman..!” Dina mesem mesemSahabatnya cuma bisa geleng geleng kepala melihat tingkah Dina.
Dua kasus diatas sering kali kita temukan dilingkungan tempat kita tinggal. Dimana mereka melakukan hubungan terlarang yaitu sex before marriage. Sex before marriage alias seks pranikah merupakan prilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi, baik secara hukum maupun agama. Diakui ataupun tidak, seks pranikah ini bukan merupakan hal yang tabu lagi. Banyak yang menganggapnya suatu larangan, tapi tidak sedikit orang yang melakukannya. Hal ini bisa terjadi karena pada umumnya mereka termotivasi ketika melihat tayangan televisi, berita , majalah ataupun media lainnya, hingga akhirnya tergerak untuk meniru tanpa memikirkan budaya, nilai dan norma yang berada dilingkungan sekitar.
Biasanya alasan seseorang melakukan seks pranikah ini adalah dikarenakan adanya rasa kasih sayang, cinta, kedekatan serta gairah terhadap pasangan. Tapi tidak berpikir, bagaimana jika ternyata hubungan cinta itu kandas ditengah jalan, tentu saja ini merugikan pihak wanitanya.
Memang sih, pada awal pacaran, semuanya akan berjalan sangat indah. Ibarat makan permen, makan satu saja tidak cukup. Pasti pengen lagi dan lagi. Mulanya berpegangan tangan, lalu dilanjutkan dengan cium pipi. Karena penasaran dilanjutkan sampai akhirnya melakukan hubungan seksual.
Terkadang sebagian wanita beranggapan cara menyenangkan pria / pacar adalah lewat seks. Padahal tidak seutuhnya benar. Banyak pria yang menganggap bahwa jika wanita mau berhubungan seks dengannya, bukan tidak mungkin dia juga mau berhubungan dengan yang lain. Mau diajak berhubungan seks dengan pacar juga belum tentu membuat kita disayang oleh pacar. Alih alih disayang, wanita malah dijadikan bahan pemuas pria. Setelah bosan lalu ditinggalkan. Apalagi jika ternyata efek dari berhubungan itu mengakibatkan siwanita hamil. Si pria bisa bisa malah kabur dan lepas dari tanggung jawab.
Jadi, sebelum terjadi seks pra nikah dengan pasangan, ada baiknya kita berpikir “apakah saya sudah cukup mengenal dia hingga bersedia tidur dengannya”, “jika dia tidak memaksa saya melakukannya, apakah saya masih menginginkannya ?” , “ Apakah saya yakin, jika saya mau melakukannya, cintanya akan tetap untuk saya, atau dia hanya ingin senang senang saja ?”, “apakah dia akan bertanggung jawab jika ternyata nantinya saya hamil ..?”, “apakah saya tidak akan menyesali perbuatan ini dikemudian hari ?”
Jika ternyata keseluruhan dari pertanyaan itu adalah “tidak” maka lebih baik kita berpikir untuk menghindar. Tidak salah jika kita menolak karena pada dasarnya seks sebelum waktunya hanya akan menimbulkan masalah dikemudian hari terutama buat wanitanya. Lagi pula hubungan yang dilakukan setelah pernikahan resmi biasanya lebih bisa dinikmati oleh wanita, karena wanita tidak perlu merasa takut hamil atau kelak ditinggalkan. Dan pria juga akan lebih menghargai wanitanya, karena pada saat malam pertama, mereka mendapatkan wanitanya masih suci. Dan dia akan semakin yakin, bahwa kitalah Mrs. Right nya.
Jadi, mau pilih jawaban apa ? Yes Or No ??
Jumat, 22 Oktober 2010
suatu sore bersamamu
suatu sore bersamamu dengan secangkir kopi
hening tak bersuara
menatap manja pada langit yang kian memerah
pamerkan keindahan warna merah saga
suatu sore bersamamu dengan secangkir kopi
tak perlu ada suara
hanya detak hati kita
tegukan kopi terasa pahit dibibir
tapi kedatanganmu sore itu
duduk disampingku
merangkul mesra bahuku
meski dalam diam
cukup ku tahu
bahwa aku dirindu
Rabu, 20 Oktober 2010
I Love Being Jomblo
Saya jomblo. That’s true. Tapi bukan karena saya gak laku. Memang sih, diusia saya yang sudah wirid ini paling gak enak kalau sudah dibenturkan dengan pertanyaan “kapan nyusul si A yang baru nikah kemarin ?” dan “ wah, kalah dong ama si B yang udah punya anak, kesusul lagi nih ?” (emangnya metromini saling mendahului). Atau “kenapa sih belum nikah ? pasti deh karena terlalu banyak milih laki laki ..!!” atau “kriteria pasangannya terlalu tinggi sih, gak nikah nikah deh !!”. Pernah juga, temannya mama ngomong gini “waktu saya seumuran kamu, anak saya udah 2 loh ?” ada juga yang bilang gini “ingat umur..!! kasihankan, kalau anaknya masih kecil kecil sementara umur orang tuanya udah tua ..?”
Pertanyaan-pertanyaan itu pernah suatu waktu menenggelamkan saya dalam keterpurukan. Siapa sih yang gak mau menikah ? Tapi jika pacar saja gak punya, lantas mau menikah dengan siapa ? Masa mau dijodohkan ? Hei… ! ini bukan zamannya Siti Nurbaya lagi. Gak serukan kalau harus dijodohkan. Kesannya kayak gak bisa cari sendiri aja.
Sebenarnya hidup men”jomblo” itu adalah pilihan. Punya pacar juga pilihan. Jika secara mental kita belum siap menjalin hubungan dengan seseorang kenapa harus dipaksakan ? oleh karenanya saya merasa tidak ada yang salah dengan hidup men”jomblo”. Disaat orang lain disibukkan dengan masalah cinta, saya lebih memilih menikmati kesendirian saya. Bekerja, jalan ke mall, kumpul dengan teman-teman, baca buku , menghabiskan waktu dengan keluarga dan masih banyak lagi hal positive yang bisa saya lakukan.
Walaupun saat ini saya memutuskan untuk hidup men”jomblo”, bukan berarti saya tidak ingin memiliki pasangan. Keinginan itu masih ada kok. Hanya saja saya gak mau terburu buru memutuskan untuk memiliki pasangan hidup. Kata orang “alon alon asal kelakon (bener gak sih J). Sekarang ini saya hanya perlu menunggu seseorang yang cocok dengan saya. Seseorang yang tepat diwaktu yang tepat. Terlalu gampang jadian, biasanya juga menjadi gampang putusnya. Toh, kalau sudah tiba waktunya saya juga bakal memilih seseorang untuk menjadi pacar ataupun teman hidup. Ehm. Saya ini gak jelek-jelek amat loh (kata orang tua saya sih gitu). Tinggal “tink tink” dua atau tiga cowok terlewati. Hoho…
Jadi mumpung sekarang masih jomblo, ada kesempatan untuk buka lowongan. Ada yang mau daftar gak ??
Selasa, 19 Oktober 2010
cerita kita (part 2)
"Jika kau melihat langit pada malam hari, lihatlah cahaya langit paling terang yg berpendar dalam wujud gugus bintang. Ingatlah aku setiap kali kau melihat benderangnya. Hatiku akan tertambat untukmu za. Selamanya.
Maafkan aku telah membuatmu bersedih. Tak bisa kulukiskan rasa sesalku za. Jika kata maaf ini dapat kau terima, aku akan sangat bersyukur. Karena langkah ku pergi akan terasa ringan. Aku gak mati za. Aku ingin denganmu. Tapi aku gak berdaya. Jangan lupakan aku ya. Jangan buang aku dari hatimu."
Air mataku mengalir tak terhenti. Aku terisak. Begitu menderitanya kamu ri. Aku gak mungkin membiarkanmu sendiri.
Aku tersentak oleh deringan suara telpon genggam.
"za, lo dimana ?"
"gue diruang rapat, ada apa ti ?"
"rapatnya dibatalkan, rega collaps. Kumat. Tadi dibawa kerumah sakit sama jaka dan bima. Nyusul gih. Kami jg lagi jalan nuju rumah sakit. Oh ya, rumah sakit gleny ya cepetan.. Halo halo za. U still there ?
Aku tak lagi bisa mendengar suara muti. Yang ada dikepalaku cuma rega. Ya ampun ri..
Aku berlari menuruni tangga. Entah berapa kali aku hampir saja terjatuh. Aku harus segera sampai dirumah sakit. Aku gak mau terjadi apa apa dngan rega. Aku gak peduli dia sakit. Aku mencintainya. Tuhan. Jangan ambil dia dariku.
Perjalanan rumah sakit terasa sangat lama bagiku. Aku mengutuk dalam hati. Air mataku tak mau berhenti mengalir.
Sesampainya dirumah sakit, aku berlari menuju UGD. Ku lihat teman teman sekantorku sudah menunggu di depan ruangan itu. Ada juga mama papanya rega. Mereka kelihatan sangat terpukul.
Aku memeluk muti. Menumpahkan segala sedihku.
"Rega sudah lama sakit za. Maaf tidak memberitahu lo. Rega yg larang. Karena dia gak mau lo sedih"
"gw tau ti, gw tau. Gw baca diary rega tadi"
"yang sabar ya sayang, rega udah ditangani dokter."
Aku mengangguk. Melepaskan pelukan muti.
"gw gak mau kelihatan sedih ti, gw gak mau rega lihat gw sedih"
"ya.."
Muti mengusap punggung tanganku. Menguatkan aku.
"ada yg bernama moza ?"dokter keluar dari ruangan ugd. Aku mengangakat tangan.
"saya dok, saya moza"
"pasien rega sudah siuman. Dia ingin bertemu anda, tp jangan buat dia terlalu capek. Dia masih sangat lemah"
"iya dok"
Aku minta izin ke mama papa nya rega. Mereka mengangguk. Mengizinkan aku bertemu anaknya.
Aku membuka pintu perlahan. Aku melihat Rega seperti orang tidur. Sangat damai. Dengan banyak selang d wajah dan tangan nya. Aku ingin nangis. Aku ingin memeluknya. Tapi aku harus bisa menahan diri. Perlahan aku mendekat. Rega menoleh. Tersenyum. Manis sekali.
"hai" sapaku kaku.
"bagaimana keadaanmu ?"
"aku baik. Tentu saja, karena aku belum mati"
Aku menutup bibir Rega dngan ujung jari telunjukku.
"aku yakin kamu sembuh. Kamu kuat Ri."
"aku gak punya tenaga untuk memperlambat jalan kehidupan Za"
Aku menarik kursi. Duduk didekatnya. Sangat dekat. "kau keliru Ri. Jam kehidupan berjalan relatif. Kadang cepat kadang lambat. Kita seharusnya mampu mengikuti kecepatannya agar kita dapat menikmati hidup."
"tapi umurku tidak lama lagi Za"
Aku mengelus rambutnya. Membelai pipinya lembut.
"tidak ada satupun manusia yang tau, kapan dia akan mati ri. Tidak kamu, tidak juga aku. janjilah kau akan selalu bersemangat buat hidup. Untukku. Untuk kita. Aku gak mau kamu ninggalin aku Ri. Aku gak tahan jauh dari kamu."
Aku mulai terisak. Pertahananku jebol. Aku rapuh disaat bersamaan. Rega membelai pipiku lembut. Menyeka air mataku.
"seperti biasa, kau selalu membuatku terpesona.. Sini peluk aku" perintahnya.
Aku membenamkan diri dipelukan rega.
Memeluknya.
"berbagilah rasa sakit itu denganku Ri, itulah guna nya belahan jiwa" bisikku.
Rega mengangguk kan kepalanya.
"aku akan menikmati kecepatan waktu itu bersamamu sayang. Aku janji" Rega tersenyum. Menjentikkan jarinya di hidungku.
Mau gak mau aku tersenyum.
"jangan nangis lagi. Mata kamu tu dah sama gedenya kayak bola pimpong" candanya.
Aku tertawa. Menggenggam jemari Rega.
"jangan buat aku senewen lg ya Ri. Nyiksa tau gak" sungutku.
"tau gak Za, aku selalu ingin mengatakan bahwa aku selalu jatuh cinta padamu."
"aku juga mencintaimu Ri. Sangat mencintaimu."
"aku bahagia mendengarnya sayang.. Maafkan aku udah nyakitin kamu ya ?"
Aku mengangguk. Memberikan senyum terindah untuknya.
Aku gak peduli apa yang akan terjadi dikemudian hari. Seluruh kecepatan waktu itu aku serahkan pada sang Pemiliknya. Biarlah Dia yang menentukan. Tapi yang pasti kini hatiku telah dipenuhi oleh gelembung kebahagiaan. Karena Rega memberiku kesempatan mendampinginya kembali. Tak ada yg lebih indah dari sekedar kata cinta. Selain ucapan penyerahan diri yang sangat dalam. "ini hatiku Ri, akan selalu jadi milikmu"
8A587B0A-4A93-0DD1-03BB-34C7964FCDD8
1.03.01
Senin, 18 Oktober 2010
Cerita kita
Aku terduduk lemas didepan rumah. Termangu. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Di luar, langit yang tadinya berwarna cerah mendadak dipayungi deretan awan kelabu. Seolah mengerti kemurungan hatiku.
"kita putus." katamu
"apa ? Maksud kamu apa ?" aku kaget mendengar kata kata yang begitu saja keluar dari bibirmu. Tanpa beban. Diucapkan dengan tenang. Aku tak melihat dirimu seperti kamu yang dulu. Kamu yang hangat. Yang ceria. Belakangan kamu kelihatan sangat murung. Berkali aku mencoba bertanya, ada apa denganmu. Tapi kau selalu mengelak dan mengatakan "kau baik baik saja". Tapi aku kenal kamu. Ada sesuatu yang terjadi didirimu. Aku gak tau itu apa.
Dan hari ini, kau mengajakku bertemu dicafe tempat biasa kita makan siang. Dan entah kenapa, pertemuan itu menjadi duka dihatiku.
"aku salah ya ? Kenapa kamu minta putus ?" aku mulai terisak.
"kamu gak salah za, kamu adalah wanita terbaik dihidupku."
"lalu kenapa kamu minta putus, jelaskan ri..!
"itu karena, aku tidak mencintaimu lagi. Rasa itu sudah hilang. Maafkan aku za.."
"kamu jahat, kamu jahat Ri.."
Aku gak sanggup lagi mendengar kata kata yang keluar dari bibirmu. Hatiku terlalu sakit. Tega sekali kau. Air mataku mengalir deras tak terbendung lagi. Hatiku sakit. Perih. Dan langit seolah mengerti hatiku. Sekali lagi terdengar suara petir menggelegar. Mengharu biru hatiku.
Seperti magnet yang berlawanan, seperti itulah kita sekarang. Setelah pertemuan terakhir di kafe itu, aku tak pernah lagi ingin bertemu denganmu walau hanya berpapasan. Hatiku masih terluka.
"kenapa sih Za, menghindar dari rega.. ! Muti rekan kerjaku dikantor heran melihat tingkahku.
"putus masih bisa berteman kan Za, apalagi kita masih kantor !
"justru itu, aku mau resign. Aku gak sanggup melihat dia tiap hari. Aku benci Ti !
"tadi malam ri telpon aku, dia minta aku menjagamu !"
"aku bukan anak kecil lagi ti, aku udah besar. Aku tau apa yg terbaik buatku. Dan Rega. Kita udah putus. Aku gak mau dengar apa apa lagi tentang dia..
"jangan gitu. Kelihatan nya dia khawatir banget lo. Kayaknya dia masih cinta lo tu- buktinya dia masih peduli.. "
"tau ah, bodo. Aku mau makan siang. Mau ikut gak ?"
"traktir ya Za ?
"dasar muke gretongan, ya deh gw traktir"
Aku termenung diruangan rapat. Hari ini pak Heru mengadakan meeting mendadak masalah penjualan product. Itu artinya meeting ini akan dihadiri aku, Rega dan pak Heru. Huft. Kenapa harus dia. Tentu saja, batinku. Kita berada disatu devisi.
Aku menghela nafas. Tak ada orang diruangan ini. Hanya aku. Kemana sih orang orang. Aku melirik jam dipergelangan tanganku. Sudah lewat 10 menit dari jadwal yang ditentukan. "sudahlah, aku tunggu sebentar lg "pikirku.
Aku menimang nimang apa yang aku lakukan sekarang. Bosan rasanya menunggu.
Aku memutuskan memeriksa kembali hasil laporan penjualan, mana tau dibutuhkan dalam rapat nanti. Tak sengaja mataku tertumpu pada diary hitam dihadapanku. Punya siapa ini. Apa punya pak heru ? Atau.. Penasaran aku mengambil diary itu dan membukanya. Terlihat jelas sebuah nama seorang pria yg saat ini aku benci. Rega Budiman.
Penasaran. Aku membuka lembar demi lembar kertas putih itu.
Deg. Rega sakit. Kenapa aku tidak tau.. ? Penasaran aku melanjutkan membaca lembar demi lembar ungkapan hati rega. Aku baru tau, ternyata rega mengidap penyakit kanker. Aku bergidik. Mengapa dia merahasiakan semua dari aku ? Kenapa aku begitu bodoh tak bisa membaca raut wajahnya yg pucat saat dia kesakitan. Airmataku menetes. "maafkan aku Ri"
Air mataku menetes kian deras. Kenapa kau berpikir sepicik itu tentang aku ri ? Aku mencintaimu. Aku gak mungkin meninggalkanmu hanya gara gara penyakitmu. Kau jahat ri.
"kita putus." katamu
"apa ? Maksud kamu apa ?" aku kaget mendengar kata kata yang begitu saja keluar dari bibirmu. Tanpa beban. Diucapkan dengan tenang. Aku tak melihat dirimu seperti kamu yang dulu. Kamu yang hangat. Yang ceria. Belakangan kamu kelihatan sangat murung. Berkali aku mencoba bertanya, ada apa denganmu. Tapi kau selalu mengelak dan mengatakan "kau baik baik saja". Tapi aku kenal kamu. Ada sesuatu yang terjadi didirimu. Aku gak tau itu apa.
Dan hari ini, kau mengajakku bertemu dicafe tempat biasa kita makan siang. Dan entah kenapa, pertemuan itu menjadi duka dihatiku.
"aku salah ya ? Kenapa kamu minta putus ?" aku mulai terisak.
"kamu gak salah za, kamu adalah wanita terbaik dihidupku."
"lalu kenapa kamu minta putus, jelaskan ri..!
"itu karena, aku tidak mencintaimu lagi. Rasa itu sudah hilang. Maafkan aku za.."
"kamu jahat, kamu jahat Ri.."
Aku gak sanggup lagi mendengar kata kata yang keluar dari bibirmu. Hatiku terlalu sakit. Tega sekali kau. Air mataku mengalir deras tak terbendung lagi. Hatiku sakit. Perih. Dan langit seolah mengerti hatiku. Sekali lagi terdengar suara petir menggelegar. Mengharu biru hatiku.
Seperti magnet yang berlawanan, seperti itulah kita sekarang. Setelah pertemuan terakhir di kafe itu, aku tak pernah lagi ingin bertemu denganmu walau hanya berpapasan. Hatiku masih terluka.
"kenapa sih Za, menghindar dari rega.. ! Muti rekan kerjaku dikantor heran melihat tingkahku.
"putus masih bisa berteman kan Za, apalagi kita masih kantor !
"justru itu, aku mau resign. Aku gak sanggup melihat dia tiap hari. Aku benci Ti !
"tadi malam ri telpon aku, dia minta aku menjagamu !"
"aku bukan anak kecil lagi ti, aku udah besar. Aku tau apa yg terbaik buatku. Dan Rega. Kita udah putus. Aku gak mau dengar apa apa lagi tentang dia..
"jangan gitu. Kelihatan nya dia khawatir banget lo. Kayaknya dia masih cinta lo tu- buktinya dia masih peduli.. "
"tau ah, bodo. Aku mau makan siang. Mau ikut gak ?"
"traktir ya Za ?
"dasar muke gretongan, ya deh gw traktir"
Aku termenung diruangan rapat. Hari ini pak Heru mengadakan meeting mendadak masalah penjualan product. Itu artinya meeting ini akan dihadiri aku, Rega dan pak Heru. Huft. Kenapa harus dia. Tentu saja, batinku. Kita berada disatu devisi.
Aku menghela nafas. Tak ada orang diruangan ini. Hanya aku. Kemana sih orang orang. Aku melirik jam dipergelangan tanganku. Sudah lewat 10 menit dari jadwal yang ditentukan. "sudahlah, aku tunggu sebentar lg "pikirku.
Aku menimang nimang apa yang aku lakukan sekarang. Bosan rasanya menunggu.
Aku memutuskan memeriksa kembali hasil laporan penjualan, mana tau dibutuhkan dalam rapat nanti. Tak sengaja mataku tertumpu pada diary hitam dihadapanku. Punya siapa ini. Apa punya pak heru ? Atau.. Penasaran aku mengambil diary itu dan membukanya. Terlihat jelas sebuah nama seorang pria yg saat ini aku benci. Rega Budiman.
Penasaran. Aku membuka lembar demi lembar kertas putih itu.
*Hari ini awal hari jadiku dengan nya. Wanita yg telah mencuri hatiku dari awal dia memperkenalkan diri sebagai staf marketing baru dikantor ini. Aku mencintaimu za. Jadilah wanitaku selamanya*
*hari ini za ulang tahun. Dia sangat senang waktu aku membuat surprise party untuknya. Katanya, ini ulang tahun terindah.*
*hari ini genap 3 bulan aku menjalin hubungan dengan za. Makin hari dia makin memikat hatiku. Gadis yang sempurna. Tapi bagaimana jika dia tau penyakitku. Apakah dia masih mau menerimaku ? Tuhan, beri aku kesempatan untuk hidup. Aku mohon.*
Deg. Rega sakit. Kenapa aku tidak tau.. ? Penasaran aku melanjutkan membaca lembar demi lembar ungkapan hati rega. Aku baru tau, ternyata rega mengidap penyakit kanker. Aku bergidik. Mengapa dia merahasiakan semua dari aku ? Kenapa aku begitu bodoh tak bisa membaca raut wajahnya yg pucat saat dia kesakitan. Airmataku menetes. "maafkan aku Ri"
*Hari ini aku kembali memeriksakan diri ke dokter. Rasa nyeri di ulu hati ini tak bisa ku tahan. Sakit sekali. Za menawarkan diri mengantarkan aku kerumah sakit. Tapi mana mungkin. Aku gak mau dia tau kalau aku sakit.*
*rasanya ingin teriak. Menjerit. Memaki. Aku memang laki laki bodoh. Bagaimana bisa aku menyakitimu za. Maafkan aku. Tapi keputusan ini harus aku ambil. Aku gak mau kau menderita kalau kau tau hidupku tinggal menunggu waktu. Maafkan aku za. Aku mencintaimu. Selalu.
Air mataku menetes kian deras. Kenapa kau berpikir sepicik itu tentang aku ri ? Aku mencintaimu. Aku gak mungkin meninggalkanmu hanya gara gara penyakitmu. Kau jahat ri.
*kadang kadang saat kau hampir mati, kau bahkan tidak lagi takut pada kematian.
*aku sedih. Tapi aku bisa apa. Moza menghindariku. Aku merasa sangat berdosa tlah menyakitinya. Maafkan aku Za.*
*jika ada cara lain untuk mengatakan betapa aku mencintaimu za, akan kulalukan cara itu. Jika ada yg bisa aku lakukan untk menebus rasa bersalahku, aku ku tempuh cara itu. Jikapun kematian adalah cara aku menunjukkan betapa aku sangat mencintaimu, makan akan ku temph cara itu. Karena bagiku, kaulah nyawaku za. Kau hidupku. Satu hal yg tak aku sadari, aku tak sanggup kehilanganmu. Aku gak bisa jauh dari kamu.
Tapi kau harus tau za. Aku sakit. Hidupku tidak lama lagi. Aku gak mau kamu berduka karena aku. Jadi mengertilah. Jika suatu saat nanti aku harus pergi. Aku mau diary menjadi kenang kenanganku untukmu.
8A587B0A-4A93-0DD1-03BB-34C7964FCDD8
1.03.01
Jumat, 15 Oktober 2010
cinta sendiri
Kita telah menjalani hari hari yang tak terhitung banyaknya.
Tapi kita tak pernah saling memandang satu sama lain.
Tak pernah saling menyapa, dan saling bertegur sapa.
Bagiku, kau hanya seorang pria dengan lesung dipipi kananmu.
Sampai suatu hari.
Takdir membuka jalannya.
Ada sesuatu yang terjadi dilangit langit dinding hatiku.
Aku jadi mulai sering memperhatikanmu.
Dan aku melakukannya setiap hari. Aku ketagihan. Kau seperti candu
Addicted.
Aku berpikir, aku harus lebih mengenalmu. Mencari tahu, siapa dirimu.
Dan aku memutuskan untuk berteman denganmu.
Walaupun bagimu, mungkin,
aku hanyalah salah satu dari teman dan kenalanmu yang lain.
Aku sadari itu. Kecuali kenyataan, bahwa aku sekarang memiliki rasa yang berbeda.
Cinta. Aku mencintaimu.
Cinta yang tak berbalas ini sungguh menyakitkan.
Gejolaknya mendatangkan rimah rimah luka dikala perasaan terabaikan.
Namun, kita tetap berteman baik.
Kau tak pernah tahu.
Setiap malam aku harus memeras titik air mata yang jatuh dibantal tidurku.
Aku menyimpan luka yang dalam
Saat kau bilang kau menyukai wanita lain
Saat kau memuji kecantikan wanita lain
Kau menorehkan goresan sayat perih tanpa kau sadari
Sayatan yang membekas dan tak mau hilang
Huft..
Helaan nafasku ternyata tak mampu melepaskan beban yang memberat di hati.
Aku tak mau begini.
Aku ingin tak memikirkanmu, walau cuma semenit.
Tapi aku tak bisa.
Kau menguasai tiap sudut otakku.
Apa yang aku lakukan kini ?
Inginku..
Bisakah sejenak kau memikirkan aku ?
5 menit saja.
Agar kau tau, ada sisi jiwa yang menginginkamu
Ada segumpal hati yang mengharapkanmu.
Ada ruang kosong yang menunggu kedatanganmu.
Pikirkanlah !
Dan menolehlah ke arahku..
Aku menunggumu !!
detak rindu bersama hujan
Hari ini hujan turun. menghamburkan buliran air seperti tak sanggup lagi menanggung beratnya awan hitam. Air berjatuhan, sangat lurus dan rapat, sehingga tak menyisakan sedikit ruang diantara tetesan bulirnya. Rambutku basah kuyup, demikian juga dengan bajuku. Tak ada satu potongpun dari bagian tubuhku yang selamat dari rembesan tetesannya. Aku berlari menyelamatkan diri dari amukan deras hujan. Tiba-tiba aku teringat padamu. Teringat akan kenangan kita bersama hujan. Aku merindukanmu. Adakah kau rasakan detak rinduku ?
Bulir hujan mengalir kian tajam di pelupuk hari yang tadinya terik. Bahkan genangan air disisi jalan dapat menutup debu yang tadinya berhamburan. Sama seperti bumi yang tergenang air, demikian juga telaga dipipiku tergenang air mata kesedihan. Aku sangat merindukanmu sayang. Dapatkah kau rasakan desah jiwa kerinduan ?
Bulir hujan tak kunjung diam. Mengundang angin mengirim dingin. Aku duduk disini disudut sepi. Yang sendiri menepi tanpa mendua.
Kamis, 14 Oktober 2010
Untuk Suamiku
Untuk suami ku di masa yg akan datang
entah siapa
kalo sekarang lagi pacaran
buruan putus ya!
lovemama :)
Rabu, 13 Oktober 2010
tersesat dijalanmu
pernahkah kau merasa sungguh sungguh ingin memasuki kehidupan seseorang. sehingga kamu dapat merasakan apa yang dia rasakan, khususnya memasuki hidup orang yang kamu sayangi, keluargamu, atau kekasihmu ?
aku ingin seperti kupu kupu itu...
Ada kupu-kupu baru keluar dari kepompongnya. Pertama kali kulihat ketika tanpa sengaja aku berada dikebun belakang, menyapu tumpukan daun kering yang jatuh dari ranting pohon. Sayapnya masih basah dan dia tampak kesulitan mengeluarkan dirinya dari kepompong.
Selasa, 12 Oktober 2010
secangkir kopi hitam pekat
aku duduk disudut kerumunan
menikmati secangkir kopi hitam pekat
kunikmati alunan musik paling murung
dan cahaya lampu paling suram
kuhirup seteguk demi seteguk
kurasakan pahitnya diantara sekejap rasa gula
terjerat aku oleh nikmat pekat hitamnya
teruntai lewat suguhan beraroma
Senin, 11 Oktober 2010
Langganan:
Postingan (Atom)