Selasa, 02 November 2010

laki laki dan Hujan



Lelaki itu datang bersama kabut di satu sore yang mendung. Di antara detak suara gerimis dan tetesan keringat jagung yang mengalir laki laki itu terlihat lelah. Lelaki itu menyimpan mata yang aneh. Mata yang murung meski kedutan di sekitar bibirnya tertarik ke atas untuk mengukir sepenggal senyum paksa. Matanya membutuhkan kemampuan ekstra jenius untuk mengurai satu per satu sel-sel makna di dalamnya. Aku melihat wujud arwana sedang menari di mata itu. Mata penuh cinta. Mata yang marah. Mata yang diam. Mata itu membutuhkan istirahat dari pernyataan luka.



“aku ingin berpisah..”
“kenapa..?”
“aku gak sanggup hidup dalam kesepian, kau terlalu sibuk..!”
“aku bisa mengubah jam kerjaku, asal kau tarik lagi keputusanmu..!
“maaf kanda, tapi keputusanku sudah bulat..


Hujan turun semakin deras. Memamerkan awan gelap dan gumpalan kabut yang menghebat. Petir mendesing teriakkan suara murka sang pemilik alam. Ah, Dia saja murka pada keputusanku, sampai sampai mengirimkan pertanda pada wujud suara pekikan awan berkilat. Langit menangis.


Aku memalingkan wajahku pada muka sayu laki laki disebelahku. Bibirnya yang basah dan pucat tertutup rapat. Mata kecilnya berkejap-kejap menghalau air yang mendesak keluar. Aneh, mengapa tidak ditumpahkan saja air di matanya sehingga berbaur bersama air hujan yang jatuh ? Aku tahu, mata basah itu takut akan kutinggalkan. Tlah banyak pengorbanan yang dia lakukan untuk seorang perempuan tak tahu diri seperti aku.


”Aku akan selalu ingat kamu saat hujan.”Katanya
”Kenapa?”
”Karena kita sering bernyanyi bersama hujan.”
”Hanya itu alasanmu?”
”Bukan..”
”Lalu ..”
”Karena hujan dan kamu adalah cintaku…”
“Jangan membuat keadaan makin sulit..” rengekku
“Tak ada yang sulit, aku hanya ingin mengingatmu dalam bentuk wujud hujan ..”


Ah.. laki laki ini…


“Apakah kau mencintaiku ?”
“Mengapa kau tanyakan itu..?”
“Asal kau mengatakan iya, aku akan menunggu hujan dihatimu reda sampai terbit pelangi menggantikannya..!”
“Kenapa ? kenapa tak kau tinggalkan saja aku ?”
“Aku terlalu mencintaimu, aku tahu kau membuat keputusan tersulit saat ini. Lihatlah matamu basah, itu pasti karena kau tak rela memisahkan aku dengan hatimu..!”
Laki laki itu tersenyum.


“Kau tahu ? Aku hidup dari pecahan-pecahan puzzle mimpiku. Udara yang setiap kuhirup mengembuskan satu puzzle baru yang harus kutata agar menjadi mimpi utuh. Mungkin mimpi itu tidak akan pernah menjadi kenyataan tapi dengan membuat keping-keping puzzle paling tidak aku punya semangat menyusunnya. Kamu tidak pernah mengerti di setiap keping puzzle itu ada kamu, Sayang. Tidakkah itu cukup bagimu? Disini, dihatiku akan selalu ada di tempat untukmu. Dan kau akan selalu ada di sana.”


Aku tersenyum. Selalu ada pertanyaan tentang cinta yang tak pernah selesai. Tak pernah menemukan jawabnya. Selalu tak pernah ada yang sempurna. Jika aku saja tak sempurna untuknya, bagaimana bisa aku mengharapkan kesempurnaan itu hadir untukku.


“Aku mengerti..”
“Aku mencintaimu..” Jawabku akhirnya.

Laki laki itu tersenyum. Pamerkan barisan gigi putih yang menghiasi bibir tipisnya.

“Jangan pernah bertanya lagi tentang cintaku. Karena cintaku itu seperti angin. Tidak ada warna dan bentuknya tetapi kamu selalu akan bisa merasakannya.”katanya

Ah hujan. Selalu ada cerita yang menarik tentang dirimu. Kini, ditengah gemericik alunan suara merdumu, ada cium dan peluk hangat menaungiku. Membasahi rongga dadaku. Dengan cinta. Ya.. Cinta laki laki itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar