Senin, 06 September 2010

I Have A Dream

 
Setiap orang pasti memiliki mimpi dihidupnya. Begitupun aku. Begitu banyak mimpi yang aku rajut setiap hari. Dulu ketika masih kecil, aku pernah bermimpi menjadi seorang polwan. Mungkin bagiku polwan itu adalah wanita yang gagah perkasa. Pembela kebenaran, seperti halnya superman versia wanita.

Tapi ketika beranjak remaja, mimpi itu berubah. Pernah sekali aku bermimpi menjadi cinderella. Cerita upik abu yang menjadi permaisuri kerajaan. Bukan tanpa alasan aku ingin menjadi cinderella yang cantik itu. Kehidupan masa remajaku yang getir, memiliki keluarga yang broken, ibu tiri dan adik tiri yang tidak ramah menggugah alam bawah sadarku. Menanti sang pri yang akan mengubah jalan hidupku. Tentu saja seperti impianku. Sang cinderella.

Seiring usiaku yang makin dewasa, mimpiku berubah. Bukan lagi polwan atau cinderella. Mimpiku lebih sederhana. Aku ingin sekali bekerja. Menjadi wanita sukses dengan hasil keringatku sendiri. Bukan karena papa atau siapapun. Murni hasil kerjaku. Oleh karenanya aku giat belajar. Menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan Indeks Prestasi diatas 3,8. Suatu hal yang patut dibanggakan (menurutku). Dan akupun berhasil menamatkan kuliah dengan nilai Cumlaude (sangat memuaskan).

Tapi ternyata mimpi itu masih belum berhasil terwujud. Aku harus tertatih-tertatih melamar keberbagai perusahaan. Masuk ke perusahaan satu ke perusahaan lain. Tidak seluruhnya lamaran kerja itu ditolak, tapi aku belum menemukan yang sesuai dengan bidang kuliahku.

Sampai akhirnya aku lelah. Dan mulai putus asa. Sampai ada seorang teman yang menasehatiku. Bahwa terkadang pekerjaan itu memang tidak sesuai dengan bidang pendidikan kita. Asal kita tekun dan mau belajar, tidak ada ilmu yang terbuang percuma, pasti berguna.
Aku pun mulai bangkit lagi. Mimpiku ini harus terwujud. Aku mulai melamar pekerjaan lagi. Tapi kali ini aku lebih memfokuskan diri ke instansi pemerintahan. Dan pilihanku tepat. Aku pun diterima disalah satu instansi keuangan pemerintah. Aku senang sekali. Mimpiku menjadi wanita karir menjadi kenyataan. Aku bisa menjadi wanita mandiri. Tidak perlu lagi menggantungkan hidupku dengan orang tua, bahkan aku bisa memberikan sedikit gajiku buat mereka. Bangga nya aku ketika gaji pertama yang kuterima ku berikan ke papa. Dengan senyum lebar papa mengusap rambutku. Untuk pertama kalinya. Biarpun tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, tapi aku tahu, papa bangga padaku.

Mimpi ku kini hanya satu, memiliki keluarga. Keluarga yang sakinah. Kapan mimpi ini akan terwujud. Aku belum tau. Lagi-lagi aku harus mengikuti alur. Entah sampai kapan. Aku harus berjuang lagi, bukan prianya yang belum kutemukan. Karena pria itu telah dipilihkan papa untukku. Tapi aku harus berjuang mengalahkan diriku sendiri. Jangan tanya apa ? Biarkan  aku sendiri yang tahu jawabannya.

2 komentar: