Senin, 20 September 2010

Cerita Dia Tentang Aku

Menurutku setidaknya setiap orang mempunyai sebuah cerita tentang kemenangan atau keberhasilan atas sesuatu. Bagi sebagian orang mungkin ceritaku bukanlah hal yang istimewa, tapi bagiku ini adalah mimpi indah yang menjadi kenyataan. Tentang kupu-kupu. Bukan kupu-kupu biasa, tapi kupu-kupu yang sangat indah.
Waktu itu umurku menginjak 14 tahun ketika disekolahku ada murid baru. Perempuan dan dia adalah adik kelasku. Pertemuan pertamaku dengannya adalah ketika tanpa sengaja aku menabraknya dikantin sekolah. Seingatku waktu itu dia sedang memegang sebotol minuman ringan yang otomatis terlepas dari tangannya. Tapi karena terburu-buru aku cuma bisa minta maaf dan berlari menuju kelasku. Tak terlintas pikiran apapun ketika itu.
Beberapa hari sesudah itu, aku kembali bertemu dengannya. Kali ini kami bertemu dikelas xtra tepat sesudah jam pulang sekolah. Karena waktu itu aku belum sempat minta maaf, maka kali ini aku beranikan diri untuk minta maaf padanya. Ternyata dia anak yang ramah. Tapi sangat pemalu. Ketika ku utarakan kata maaf, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Kami mulai mengobrol dihari kedua setelah pertemuan dikelas xtra. Selanjutnya kami hanya sering berdiskusi tentang pelajaran sekolah. Dia banyak bertanya padaku. Karena dia murid baru, dia tidak begitu banyak mengenal orang katanya. Jadi sebagai kakak kelas yang baik, setiap selesai pelajaran xtra, aku mengajarinya beberapa mata pelajaran yang tidak dia mengerti. Kami pun menjadi akrab. Aku sering mengunjunginya dikelasnya. Mengajaknya jajan dikantin sekolah dan juga menemaninya menunggu jemputan pulang sekolah. Dan entah kenapa, setelah dia pindah aku seperti merasa kehilangan. Sering, tanpa sadar aku berdiri lama didepan kelasnya. Berharap dia muncul dan menyapaku. Aku rindu. benar benar rindu. Dan bodohnya aku, kenapa tidak menanyakan alamatnya, atau nomor telepon yang bisa aku hubungi.
Sampai 5 tahun kemudian....
Papi mengajakku kepesta ulang tahun anak rekan bisnisnya. Waktu itu aku libur kuliah. sesampainya ditempat pesta aku diperkenalkan dengan  teman papi. Sebut saja om Ham. Berbasa basi sebentar, lalu aku beranjak menuju taman. Membosankan rasanya duduk dan mendengar obrolan orang tua. Duduk sendiri di taman depan rumah temannya papi, tak sengaja mataku melihat sosok wanita yang begitu aku kenal. Tidak salah lagi, aku memang kenal dia. Dia itu adik kelasku dulu. Wajahnya tidak berubah. Hanya kelihatan lebih dewasa dan dia berjilbab. Cantik. Aku pun tak ingin membuang kesempatan, aku beranjak ingin menyapanya. Tapi seorang pria tiba-tiba datang menghampirinya, mengajaknya pergi. Entah kenapa, waktu itu aku merasa cemburu. Siapa pria itu.
Tak ingin berlama lama penasaran, aku menanyakan tentang wanita itu ke om Ham. Tak disangka, ternyata wanita itu anak perempuannya si Om, dan yang mengajaknya pergi tadi adalah pacarnya. Aku langsung lemas. Merasa kalah. Papi bingung melihat ekspresi wajahku yang tiba-tiba murung. Tapi dia tidak bertanya apa-apa.
Sesampainya dirumah, ingatanku tak bisa lepas dari wanita itu. Wanita yang 5 tahun ini selalu kurindukan. Dia adik kelasku dulu. Aku gak boleh nyerah gitu aja. Sebelum ada ikatan perkawinan, berarti aku masih ada kesempatan. Aku mengutarakan niatku ke papi. Aku ingin papi menjodohkanku dengan anak temannya. Papi kaget mendengar permintaanku. Lalu aku jelaskan semuanya. Papipun mengerti.
Tidak menunggu lama, papi kembali mengajakku ke rumah Om Ham. Sesampainya disana, tanpa basa basi papi mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan aku dengan anak gadisnya. Jelas saja Om Ham kaget. Apalagi setau Om Ham, anak gadisnya telah memiliki seorang pacar. Tapi aku meyakinkan beliau, bahwa aku serius ingin bertunangan dengan anak gadisnya, dan aku akan menunggu sampai kapanpun. Melihat kesungguhanku, Om Ham akhirnya bersedia menerima lamaran pertunanganku. Tapi tidak dalam waktu dekat, dan dia memintaku untuk menunggu. Dan aku menyanggupinya.
Mulai dari situ aku selalu mencari tahu berita apa saja tentang wanita pujaanku itu. Aku sering telponan dengan Om Ham. Sekedar menanyakan kabar anaknya. Om Ham sering menyuruhku datang kerumah, tapi aku selalu menolak. Biar aku melihatnya dari jauh saja. Itu cukup membuatku senang.
Aku hampir saja menyelesaikan studiku di kedokteran. Aku belajar sangat serius, karena aku ingin tamat kuliah pada waktunya, mendapat nilai bagus, dan akhirnya mendapat pekerjaan yang bagus. Aku tak sabar lagi ingin meresmikan pertunanganku dengan gadis impianku. Apalagi ketika aku tahu, akhirnya dia putus dengan pacarnya. Bukannya aku senang dengan penderitaannya. Tapi dengan putusnya mereka ini berarti peluang bagiku. Setahun lagi...
Tidak terasa, aku mendapatkan gelar dokter. Papi bangga padaku. wisudaku dihadiri papi, mami dan tentu saja calon mertuaku. Tak disangka gadis impianku itu datang. Walaupun tak banyak kata yang dia ucapkan, tapi aku cukup senang. Kamipun berfoto bersama. Malamnya, papi mengajakku kesebuah restoran. Ternyata disana juga ada Om Ham, istrinya dan dua anak gadisnya. Tentu saja salah satunya adalah gadis impianku itu. Rupanya malam itu, papi dan Om Ham berniat meresmikan hubunganku dengan salah satu anak gadisnya. Senangnya aku waktu itu. Impianku akan menjadi kenyataan.
Ternyata tidak mudah mengikat gadis itu, siapa sangka ternyata dia menolak pertunangan kita. Dia belum siap punya hubungan baru katanya. Dan singkatnya aku patah hati berat karena penolakannya. Papi menyabarkanku. Om Ham juga. Jangan menyerah kata mereka. Aku yang tadinya patah semangat, down, akhirnya bangkit lagi. Aku akan terus menunggunya. Aku tidak akan menyerah gitu aja. Mulai dari situ, aku terus mencari tau tentang dia, apa yang dia suka, sapa pria yang lagi dekat dengannya. Tak disangka, dia sama sekali tidak membuka hati untuk pria manapun. Dia trauma. Aku kasihan padanya. Ditambah lagi ternyata dia menderita penyakit ginjal kronik, dan harus menemukan pendonor. Aku sedih. Tapi aku bisa apa. Ketika aku ikut test ginjal, ternyata ginjalku tidak cocok untuknya. Sekali lagi aku merasa tidak berguna. Bagaimana aku bisa membantu satu satunya wanita yang aku cintai.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil spesialis penyakit dalam. Khususnya tentang penyakit ginjal. Sambil sekolah aku dikontrak bekerja di salah satu rumah sakit di Singapur. Jauh darinya membuatku rindu setengah mati. Tapi Om Ham selalu mengirimiku kabar tentang dia. Mengirimkan beberapa fotonya untukku. Cukuplah untuk mengobati rasa rinduku.
Dan tiga tahunpun berlalu. Banyak hal yang sudah terlewati. Banyak hal yang sudah aku tahu tentang dia. Gadis impianku. Tentang cintanya, tentang semua deritanya. Juga tentang siapa saja pria yang pernah singgah dihidupnya. Dan anehnya, aku tidak pernah merasa cemburu. Aku selalu membandingkannya dengan kupu-kupu. Kupu-kupu tidak bahagia jika mereka tertangkap. Mereka lebih baik terbang kesana sini, membuat semua orang yang melihatnya senang.
Gadis itu adalah impianku. Dia adalah kupu kupu cantikku. Aku membiarkannya terbang. Bukan untuk memberikannya untuk orang lain. Tapi karena aku tak ingin terlalu menggenggamnya. Aku telah belajar pentingnya melonggarkan genggaman jika aku menginginkan kupu kupuku terus ada disekitarku. Biarpun dia tidak memperhatikanku, tapi aku bahagia melihatnya bahagia.
Dan siapa sangka, jika pada hari itu akan menjadi hari yang sangat bersejarah bagiku. Kepulanganku ke Indonesia benar benar membawa berkah bagiku. Dia bersedia menerima pinanganku, meskipun waktu itu aku tau, aku ini hanya lah pria pelariannya. Karena dia baru saja mengalami patah hati berat. Dia tidak ingin terpuruk katanya. Akupun menerima komitmen yang dia buat. Bertunangan tapi dia tidak mau terikat. Aku menyetujui, apapun asalkan dia bahagia. Setahun, dua tahun atau tiga tahun menunggunya tidak lah lama bagiku. Toh aku sudah menunggunya dari umurku 14 tahun. 

******
Aku tercenung mendengar cerita Nda. 13 tahun ? Jadi dia kakak kelasku yang waktu itu..... ??? Ya ampuuun ndaaaa....












Tidak ada komentar:

Posting Komentar