Jumat, 14 September 2012

Sahabat


Pagi tadi saya membaca status di twitter. Lupa pemiliknya siapa. Karena status ini retweet dari salah satu idola yang saya follow. Simbok Venus :D. Kira-kira tweetnya gini : 
"Sama sahabat gak ada istilah kapok, they hurt me as much as i hurt them, we forgive and then we laugh again :)".
Sweet banget ya ?

Lalu saya teringat judul lagu "That's What Friends Are For". Lagu yang sungguh menyentuh hati saya. Tentang gunanya sahabat. Mengingat lagu itu saya jadi ingin kembali membuka kenangan saya tentang seorang sahabat yang dulunya sangat saya sayang. 

Kami tidak pernah bertemu. Yang kami lakukan hanyalah berkomunikasi lewat suara ataupun lewat deretan huruf hitam dilayar hijau kolom chat YM. Melalui SMS dan sesekali bertukar gambar narsis. Tapi inilah kami. Sepasang sahabat yang saling berbagi kasih.

Sampai pada suatu hari untuk pertama kalinya sejak patah hati yang pertama, saya merasakan kembali jatuh cinta pada seorang pria. Iyalaaaah masa wanita :(. (bahas deeeh).. Kami menjalani masa masa pacaran selama setahun. Lumayan lama. Saya mencintai dia begitupun dia. Tidak ada yang salah dengan hubungan kami, sampai suatu ketika ....

Ada yang aneh dengan pacar saya. Mendadak jadi lebih cemburuan dari biasanya. Sering juga memperdebatkan hal-hal sepele yang semestinya bisa dibicarakan baik-baik. Alhasil ujung-ujungnya kita ribut. Saya sedih. Kalut. Dan satu-satunya tempat saya curhat saat itu adalah "sahabat" saya. Lalu belakangan pun saya tau, ternyata pacar saya ini pun sering curhat tentang saya ke "sahabat saya". (Saya dan pacar berasal dari daerah yang sama. Sampai suatu hari dia harus kerja di kota yang sama dengan sahabat saya ini. Di kota S). Mungkin karena sering curhat, canda dll mereka pun menjadi dekat (dibelakang saya, dan bodohnya baru saya sadari kemudian).

Dan suatu hari, tanpa disangka-sangka sipacar ini minta putus. Alasannya klise banget. "Kita gak cocok". Sedih ? Pasti. Hubungan yang dijalani setahun menjadi sia-sia. Saya tidak tahu salahnya dimana. Yang saya tahu, kita sering ribut karena masalah sepele. Karena kecemburuan dia yang membabi buta dan entah dari mana sumbernya. 

Saya menangis berhari-hari. Batin saya berdebat tiada henti. Apa salah saya ? Keegoan saya tidak menerima keputusannya menjadi boomerang buat saya. Saya menjadi parno dengan yang namanya pria. Menjadi wanita yang kaku. Pemarah. Tidak lagi ramah. Sampai...

Saya mendengar kabar dari seorang teman kalau sahabat saya ini jadian dengan mantan pacar saya. Awalnya saya gak percaya. Tapi status di Facebook membuktikan segalanya.  Melongo. Tidak percaya ? Sahabat ? Diakah sahabat saya ? Yang menusuk saya dari belakangan ? Huuffftt..

Dan akhirnya saya tahu dari teman saya itu, kalau ternyata dia pernah melihat mantan saya hang out berdua dengan sahabat saya.  Katanya mereka mesra banget. Pegangan tangan sambil sesekali bercanda. 

Mendengar itu saya jadi marah besar. Saya dan sahabat saya bertengkar hebat di telpon. Saya memakinya habis habisan. Tidak ada lagi kebaikan dari kata kata yang saya lontarkan. Saya memuaskan ego saya dengan memberinya muntahan lahar amarah saya. Dan dia membalas dengan tidak kalah egonya. Enough. Detik itu juga persahabatan kita berakhir.

Menyesal ? Sangat.. Memiliki sahabat yang ternyata bisanya menusuk saya dari belakang. Saya berfikir, emangnya didunia ini gak ada lagi apa orang lain selain lo bedua. Makan tuh cinta. Gue doain lu putus. Biar mampus.. (Doa yang jelek yaa.. jangan ditiru loh :D ).

Lalu apa ? 

Tidak ada yang berubah. Amarah yang sudah keluar tidak bisa ditarik lagi. Saya benar-benar kehilangan keduanya. Di saat bersamaan. Ada ruang yang hampa dalam batin saya. Saya merasa sepi. Saya punya banyak teman. Punya banyaaaak. Tapi saya tidak terbiasa berkeluh kesah dengan mereka. Saya tidak bisa membiarkan masalah-masalah saya diketahui oleh sembarang orang. Karena saya tipe orang yang sulit percaya pada orang lain. Tapi beda dengan sang sahabat..

Dengannya saya bisa lepas. Lebih terbuka. Lebih bisa mengungkapkan uneg uneg isi kepala. Lebih bisa lepas marah marahnya, tertawanya dan curhat-curhatnya. Saya tidak lagi menemukan orang yang seperti dia.

Saya tahu, manusia tidak bisa diharapkan penuh. Tempatmu meminta hanyalah Tuhan. Sahabat saya pun bilang begitu. Katanya "Memintalah pada Tuhan dan berkeluh kesahlah padanya. Maka hatimu akan dilapangkan." Tapi tahukah dia ? Tuhan mengutusnya untuk melapangkan hati saya. Bukankah Tuhan punya banyak cara untuk menolong hambanya  ?

Sayapun belajar berdamai dengan takdir. Saya berpikir, bagaimanapun sepasang kekasih saling menyayangi dan jatuh cinta, jika mereka tidak berjodoh maka pada akhrinya merekapun akan berpisah. Bagaimanapun caranya. 

Demikianpula sebaliknya, sejauh-jauhnya sepasang insan, semusuh musuhnya mereka, jika ternyata Tuhan berkehendak mereka berjodoh maka mereka akan bertemu. Bagaimanapun caranya.

Dan saya sadari itu.

Untuk pertama kalinya setelah setengah tahun tidak lagi mendengar suaranya, sayapun memberanikan diri menghubungi sahabat saya. Tanpa disangka dia menyambutnya dengan baik. Dia menangis. Dia minta maaf pada saya. Kami pun bertangis-tangisan. Banyak penyesalan yang tertumpah dalam obrolan kami. Lalu kamipun tertawa menyadari betapa kami dengan bodohnya telah saling menyakiti. Plong. Iyaaah plong banget. 

Saya bisa bernafas lega sesudahnya. Maaf itu obat mujarab ya. Hati saya yang kemarin-kemarinnya penuh sesak dengan kemarahan mendadak hilang. Seolah raga saya melayang kelangit atas lalu kembali dengan pola yang ringan. Sangat menyenangkan memilik rasa seperti sekarang. Saya bahagia. Sahabat saya juga. 

Kami kembali berteman. Saling curhat tentang kisah kita. Bertukar foto narsis. Dan saya tidak lagi merasa cemburu saat sahabat saya memamerkan foto mesranya dengan mantan pacar saya. Saya mendoakan agar mereka berjodoh. Dan doa saya sangat ikhlas.

Mungkin para malaikat mengaminkan doa ikhlas saya buat kebahagiaan sahabat. Dan Tuhan mengabulkan. Pacaran setahun, akhirnya mereka pun menikah. Walaupun tidak bisa menghadiri acara pernikahan keduanya, saya turut mengirimkan doa untuk mereka semoga mereka menjadi keluarga Mawaddah Wa Rahmah. Sahabat saya sangat bahagia. Begitupun saya.

Keep smilin'
Keep Shinin'
Knowin' you can always count on me
For sure
Thats what's friends are for

In good times
And bad times
I'll be on your side forever more
That's what's friends are for..

Seperti status yang saya baca : 

"Sama sahabat gak ada istilah kapok, they hurt me as much as i hurt them, we forgive and then we laugh again :)".(by someOne)

1 komentar: