Rabu, 02 Mei 2012

#Day 2 : Sebuah Batu dan Pelajaran Berharga



Ceritanya, ketika kemarin baca tugas #Day 2 dari @Dear_Connie dan @kikisuriki di  sini, saya sempat shock.. What ? Batu ? Mau diapain tuh batu :)). Tapi sudahlah. Namanya juga tugas. So pada akhirnya saat jam makan siang kemarin itu, bukannya nyari makan, saya malah ubek ubek batu yang berserakan depan kantor hahaha. Niat banget. Hampir sejam saya milihin batu yang pas ditangan saya. Tapi seperti jodoh, tidak ada satupun batu yang memiliki chemistry dengan saya. Semuanya hanya terlihat seperti layaknya sebuah batu. Tidak ada yang istimewa. Tak mau berlama-lama dan juga tak mau menjadi tontonan orang sekantor :D sayapun akhirnya memutuskan untuk menyudahi perjuangan saya #halagh mencari batu "Inception". Demikianlah.

Pagi tadi, saya sempat kepikiran buat nyari batu lagi di toko  bunga. Disitu pasti banyak koleksi batu batu bagus buat hiasan. Tapi lagi lagi, kembali terkendala dengan kerjaan kantor yang numpuk. Saat sore, ketika nunggu apel sore iseng-iseng saya buka twitter. Saya baru ingat tentang proyek "batunya" Dear_Connie and kikisuriki. Duh belum nemu batu. 

Tapi sayang disayang, takdir tidak berpihak pada saya #halagh. Setelah apel sore, niat yang demikian bulat demi mendapat sebuah batu yang didambakan kembali terhambat dengan derasnya guyuran hujan yang mendadak turun menghalang. Tunggu ditunggu, hujan tidak juga reda. Malah bertambah lebat. Akhirnya saya putuskan untuk mengais-ngais batu dipinggiran teras kantor. Boro-boro nemu, saya malah jadi bahan ledekan temen temen kantor :D.

Selepas maghrib, upaya mencari batu dilanjutkan. Tapi cukup didepan rumah aja. Berbekal lampu senter, saya mulai memilih milih batu yang sedikit unik. Menggenggamnya, merasakan chemistrynya. Gak dapet. Susah memang. Saya berpikir, ternyata memilih batu yang cocok itu seperti memilih jodoh. Nyari yang pas itu susah. Udah dapet yang ini, tapi kok ngerasa gak cocok. Gak sreg. Cari lagi yang itu, tetep gak cocok.  Karena memang, kalo nyari yang pas banget ama selera and kriteria yang kita inginkan tuh gak bakal dapet. Pasti ada aja kurangnya. Mirip banget ama jodohkan ? 

Akhirnya, saya putuskan untuk memilih batu yang bentuknya tidak  begitu bulat dan tipis. Alasannya sih gampang aja. Enak digenggam dan bisa dimasukin dompet :D. Kenapa di dompet ? Karena dompet adalah sesuatu yang sering banget saya buka. Mau sarapan, buka dompet. Mau kerja, buka dompet. Mau bayar hutang juga buka dompet hehehe. Jadi dengan demikian, jika saya melihat batu itu, saya akan selalu diingatkan untuk bersyukur. Karena inilah tujuan kenapa batu itu harus ada di dompet saya :D. "Alhamdulillah, ternyata isi dompet saya sampai saat ini masih ada :)..". 

Dan pada akhirnya, saya patut berterima kasih kepada Dear_Connie dan kikisuriki karena idenya yang sedikit konyol. Banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari ide konyol ini.

1. Saya teringat salah satu kata yang terdapat dalam buku Ranah 3 Warna. Man Jadda Wa Jada. Barang siapa yang bersungguh-sunggung, maka mendapatlah ia. Dan "Man Shabara Zhafira" Barang siapa yang bersabar maka dia akan beruntung. Seperti saya, dan mungkin juga teman-teman yang lain yang sudah berjuang menemukan sebuah batu idaman. Sabar dan dan akhirnya beruntung mendapatkan :).

2. Mencari batu diantara ribuan jenis batu, ibarat mencari jodoh.  Diperlukan usaha untuk menemukannya. Seperti jodoh, ia tak akan datang begitu saja. Dia harus dicari, diperjuangkan. Karena biarpun sudah ditakdirkan, tapi Tuhan tak akan memberikan sesuatu kepada hambanya yang tidak mau berusaha.

3. Batu yang kecil yang saya miliki sekarang mungkin adalah salah satu dari pecahan-pecahan batu hasil dari usaha seseorang. Kenapa demikian ? Saya ingat, saya pernah menonton acara tv tentang seorang pengrajin batu. Bisa kita bayangkan, bagaimana kerasnya kehidupan mereka. Dengan batu-batu yang mereka pecahkan, mereka dapat memberi makan keluarga mereka. Pecahan batu yang acak, tidak indah tapi bisa bermanfaat bagi semua orang adalah hasil kerja keras para pengrajin ini. Bayangkan, jika tidak ada mereka, bagaimana kita bisa membangun rumah. Bagaimana kita bisa membuat jalan raya, membangun jembatan. Tidak akan bisa. Dan yang patut saya syukuri adalah saya tak perlu bekerja terlalu lelah seperti mereka demi memenuhi kebutuhan saya. Batu ini, mengajarkan saya untuk bersyukur dengan keadaan saya sekarang.

4. Batu ini mengajarkan saya untuk berpuas hati. Tidak ngoyo dan apa adanya. Bayangkan, jika saya mengharapkan batu yang sangat indah menurut versi saya. Tak ada habisnya. Karena ibarat langit, diatasnya masih ada langit lainnya. Cantiknya suatu benda juga tidak mutlak. Dia akan kelihatan cantik jika seseorang menyukainya. Saya teringat salah satu kata dari Hellen Keller "Segala hal memiliki keajaiban, termasuk kegelapan dan kesunyian. Dan aku belajar bahwa bagaimanapun keadaanku pasti ada kepuasan didalamnya." Seperti saya, yang menemukan batu bulat tak berbentuk tapi saya suka. Saya puas dengan hasil temuan saya :D #alesan. 

Jadi untuk hari ini dan seterusnya, bersama "batu" didalam dompet saya, saya akan selalu mengingat bahwa setiap apapun yang saya dapatkan, semua adalah nikmat yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa. Dan saya harus senantiasa bersyukur karena sudah mendapatkannya. Alhamdulillah.

Bukan kebahagiaan yang membuat kita mengucapkan terima kasih, tapi rasa terima kasih yang membuat kita menjadi bahagia.- Albert Clarke

Tidak ada komentar:

Posting Komentar