Minggu, 22 Januari 2012

#9 Bukan Wasiat

Mama Papa ku sayang..
Teruntuk kalian, peluk ciumku selalu hingga akhir. Ini hari ke #9 aku harus menulis surat. Kali ini surat cintaku ku persembahkan untuk kalian. Karena tidak adil rasanya jika aku menuliskan surat cinta untuk orang lain, sementara kalian yang tanpa pamrih mencintaiku tidak ku buatkan selembarpun surat tanda kasih.

Ma.. Pa..
Surat ini "bukan wasiat" tapi ucapan rasa terima kasihku yang terdalam karena kalian sudah mau merawatku dengan tulus hingga kini. Tidak mudah memberikan kasih sayang berlimpah tanpa pamrih jika kita tidak mempunyai ketulusan setingkat dewa. Itulah kalian. Aku, yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan kalian tapi dianugrahkan kecintaan yang sedemikian besar dari sepasang jelmaan dewa Rama dan dewi Shinta. 

Ma.. Pa..
Maafkan aku jika dalam tiap lembar kehidupan yang kalian berikan aku selalu berbuat salah. Selalu membantah  tanpa pernah berpikir alasan kebaikan yang kalian utarakan. Tak ada maksud kalian mengekangku dengan larangan larangan. Tapi aku dengan ego dan pongahku menganggap keputusan kalian adalah salah.

Ma.. Pa.. seorang anak tetaplah seorang anak. Kadang dia merasa dirinya benar. Anak selalu menganggap orang tuanya kuno karena terlalu mengekang pergaulan dan pilihan hidupnya. Padahal, dia hanya mengetahui sedikit dari peraturan hidup didunia. Tidak seperti orang tua yang telah terlebih dahulu merasakan pahit dan manisnya kesalahan. Juga rasa asam dan garamnya kehidupan. Jadi tidak salah jika dikatakan bahwa orang tua adalah pembimbing dan pengayom. Mereka memberikan anaknya rambu-rambu lalu lintas hidup. Menunjukkan kepada mereka arah mana yang benar, mana yang salah. Tentu saja karena mereka telah terlebih dahulu melaluinya jadi mereka tahu titik mana yang salah mana yang benar. Terkadang kami sebagai anak melanggar aturan yang ada. Tapi Mama dan Papa tidak pernah bosan memberikan arah. Terima kasih.

Sudah 25 tahun aku habiskan waktu bersama kalian. Banyak kisah kisah yang terukir yang kusimpan dalam satu kotak pandora diingatanku. Aku gak akan melupakannya. Betapa kalian begitu berjasa telah membesarkan aku dengan sabar dan kasih sayang yang kalian punya. Kelak, jika nanti Tuhan memberikan aku kepercayaan memiliki seorang anak, aku akan ingat bagaimana kalian telah mendidik dan menyayangiku. Aku pun akan melakukan hal yang sama.

Ma.. Pa
Disini di kamar serba putih, ingin sekali rasanya ada kalian disini. Tapi sudahlah.. Merasakan kasih sayang dari jauh saja aku sudah senang. Semalam waktu Papa telpon aku, luar biasa kagetnya. Aku sampai gak bisa berkata kata. Ingin menangis, tapi aku tahan. Aku gak ingin papa merasakan kegetiranku disini. Mendengar suara Mama, aku seperti mendengar suara peri bernyanyi. Aku terlena hingga tak sadar tertidur hingga pagi. Aku merindukan kalian. 

Ma.. Pa..
Jari ini terlalu lelah untuk mematut terlalu banyak kata. Bukan karena aku tak ingin menulis lagi. Tapi, tanpa dikatakan pun, hatiku ini telah berbicara banyak pada mata, betapa aku ingin selalu bilang "aku mencintai kalian.." "betapa aku sangat berterima kasih kepada kalian". Kalian adalah contoh orang tua agung yang  sangat aku banggakan.

Jaga diri kalian disana ya Ma.. Pa..

Dariku

Anakmu..

*ditulis diatas tempat tidur dalam ruangan serba putih di salah satu kamar rumah sakit di Kotaku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar