Minggu, 22 Januari 2012

#8 Kepada Langit

Dear Langit ..
Apa kabarmu siang ini. Senang rasanya bisa merasakan kehangatan dari birumu. Tapi apa kau tau langit. Hatiku tidak begitu senang hari ini. Sakit. Seperti ada memar membiru didalamnya. Entah kenapa, tadi malam ia memanas. Lalu dingin membeku membuatku tak bisa tidur. Bisakah kupinjam hangatmu. Sebentar saja. Agar hatiku tak terlalu lebam, karena dingin ini mulai menusuk sudut sudutnya.

Langit..
Sedikit kuceritakan tentang asal mula sakit hatiku. Kemarin lalu paman senja datang padaku. Menyampaikan pesan dari angin timur tentang seorang pria yang aku cintai belakangan ini. Paman senja bilang, "Tak perlu kau gadis mengharap cinta terlalu tinggi pada awan. Ia hanya akan membuatmu jatuh jika harapmu ikut terbang." Ah Langit.. Bagaimana bisa pesan seperti itu membuatku mundur memikirkan harap. Karena bagiku, harap adalah impian. Bukannya aku ingin melambungkan harapku sampai melewati batasmu, hanya saja terkadang jika tak menggantungkan harap, bagaimana tujuan bisa tersampaikan. Pria itu langit, aku mencintainya. Terlalu menanamkan harap pada hatinya. 

Langit..
Mungkin kau bertanya, apa yang menyebabkan hatiku sakit. Pria itu, atau pesan angin timur ? Kuceritakan lagi padamu. Pria itu, dia yang menabur cinta dihatiku. Membuatnya tumbuh perlahan lalu mekar bersemi tanpa sempat ku cegah. Lalu tiba-tiba ia menebar hawa khianat, membuat hatiku lebam karena sakitnya. Dia, yang pikirku sempat tertuju padanya, meninggalkan aku tanpa kutahu apa yang salah. Berjam-jam aku bertanya-tanya. Membuat otak kananku lelah. Tapi tak satupun ada jawaban yang mengurai. Salahku apa ? Dia tak menjelaskan apa-apa. Hanya berlalu membuat hatiku ngilu.

Lalu apa salah angin timur padamu ? Tentu kau akan bertanya begitu. Iya kan ? Angin timur tidaklah salah langit. Baginya menasehatiku adalah tanda persahabatan yang tulus. Dia hanya tak ingin aku jatuh karena angan yang tak kesampaian. Dia tak melarangku berharap. Tapi berharaplah dengan menggunakan logika. Aku mengaminkan pesannya langit. Tapi, semuanya sudah terlambat. Sakit itu terlebih dahulu datang sebelum sempat aku menyadarinya. 

Dear Langit..
Keluhku ini adalah keluh kesah kebanyakan gadis patah hati. Mungkin kau sering  mendengarnya. Cinta itu kebodohan yang indah bukan ?. Sudah tau jatuhnya akan menimbulkan luka, masih saja ingin mengecap sakitnya. 

Ah Langit..
Jangan bosan dengan keluhku ya.. hanya padamu aku bisa bercerita. Karena bagiku kau adalah pendengar yang bijaksana. Ngomong-ngomong.. hangatmu kukembalikan besok pagi. Jadi, mendunglah dulu sampai sore ini. 

Dariku..

Yang Membutuhkan Hangatmu

2 komentar: