Jumat, 23 Desember 2011

Aku dan Mama



Aku sangat kesal sama hasil rumpian dengan mama pagi ini. Harusnya mama gak perlu telpon aku. Apalagi hanya sekedar mengucapkan kata kata yang sama sekali gak ingin aku dengar. Aku paham, orang tua mana sih yang gak ingin anaknya sukses dan berhasil dalam segala hal. Tapi, orang tua juga harus maklum dan mengerti bahwa anaknya ini manusia biasa. Ada lebih dan kurang.
Gak beda jauh dengan anak orang lain. Mungkin di satu sisi dia punya kelebihan, disisi yang lain pasti ada kekurangannya yang kita tidak tahu. Karena penciptaan manusia dimuka bumi sebagai makhluk yang sempurna tidaklah sesempurna kelihatannya. Manusia memiliki kelengkapan penciptaan yang tidak dimiliki makhluk lain. Itu benar. Tapi secara sifat, bakat dan peruntungan tidak selalu sempurna. Ada orang yang diciptakan dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna, tapi disisi lain dia memiliki banyak bakat. Sebut saja salah satunya adalah pianis berbakat dari Negeri China Liu Wei. Dengan hanya mengandalkan kaki dia bisa menaklukkan sebuah alat musik yang pada umumnya dimainkan dengan sepasang tangan oleh seseorang yang punya anggota tubuh normal. Baginya tidak ada alasan untuk tidak bersyukur dengan keadaannya yang tidak sempurna. Lalu bagaimana bisa mamaku sendiri tidak bersyukur punya anak seperti aku.

Aku masih ingat dulu setamat kuliah dan aku belum bekerja mama pernah bilang gini :
"Mama ingin kamu seperti Mita, Lea. Belajarlah darinya. Mita itu anak yang berbakti sama orang tua. Lulusan luar negeri. Bahasa Inggrisnya jago. Dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Coba deh kamu sering telpon telpon Mita, minta kerjaan kek dikantornya. Pasti dia mau bantu. Kalian kan sahabat dari kecil.." .. Duh mama masa anakmu disuruh minta minta.. :| .

Lalu pernah pada suatu ketika, waktu aku mampir dirumah mama menjelang week end, mama juga mengucapkan keinginan keinginannya. Dan lagi dengan embel perbandingan perbandingan dengan orang lain.
"Anak tetangga kita yang disebelah rumah pak Rachman itu minggu depan nikah lo, Le.." Katanya.
"Trus ?"
"Kamu kapan ?"
*jleb :| mamaaaaaa... dan akhirnya aku hanya bisa diam gak bisa jawab apa apa. Manyun tepatnya.

Pernah juga mama pengen aku berhenti bekerja dan mengurus perusahaan papa. Alasannya papa sudah tua, dan beliau gak bisa percaya begitu saja dengan orang lain. 

"Apa sih susahnya sesekali mengabulkan keinginan orang tua, Lea.. lihat deh si Reza anak temen papa itu. Tamat kuliah langsung terjun ke perusahaan orang tuanya. Sekarang dia sukses loh. Menikah dan sudah punya anak satu."
"Tapi kan Lea udah ada kerjaannya mama. Masa ditinggal .."
"Kerjaan kamu yang PNS itu ? digaji berapa kamu ? untuk memenuhi kebutuhan kamu aja tidak cukup.."
"Aku juga punya usaha sampingan. Apa mama lupa ?"
"Iya.. tapi tetep aja usaha kamu tuh gak bonafid. Gak berkelas. Mama malu kalo pergi arisan, ibu ibu pasti membanggakan anak anaknya yang jadi orang hebat. Mama mau ceritain kamu, kamunya cuma PNS. Apa hebatnya.."
"Mamaaaaa... " sungutku.

Dan itu alasan kenapa aku jarang pengen telpon telpon mama. Ada ada aja omelannya yang bikin aku kadang kadang pengen melawan. Sakit hati dibanding bandingin trus. Aku sih gak bilang mamaku bukan mama yang ideal. Beliau adalah orang yang sangat sabar menghadapi anak anaknya. Mama juga sangat dekat dengan kami. Beliau selalu mendengar semua curhat curhat galau kami. Tapi ya itu  tadi. Sifatnya yang suka membanding bandingkan aku dengan orang lain itu yang aku gak suka.

Seperti percakapan tadi pagi.
"Kapan sih Lea kamu pulang. Kerjaanmu gimana ?" tanyanya.
"Lea masih pengen disini dulu mama, ini juga lagi sakit.."
"Tapi kan Le, mama itu khawatir. Kamu tuh lagi dimana sih..?"
"Lagi disuatu tempat deh pokoknya.. nanti juga pulang."
"Trus kerjaan kamu yang PNS itu gimana ? Apa mau berhenti. Trus kamu dapat duit dari mana ?"
"Lea juga disini sambil kerja ma, kan usaha Lea yang di medan menghasilkan tiap bulannya. Jadi gak bokek bokek amatlah.."
"Itulah kamu. Mama kan udah pernah nyuruh kamu kerja ada diperusahaan papa. Nikah sama Indra. Apa sih kurangnya dia. Dokter. Sekarang lagi mau ambil spesialis. Ganteng. Anak orang kaya. Apa apalagi..?"
"Mamaaaa,,udah deh .."
"Pokoknya mama gak mau tau.. kamu pulang sekarang. Kerja diperusahaan papa dan nikah..TitiK..!!"
"Kenapa sih kamu itu gak kayak anak orang lain. Kayak si Lia tuh teman kuliah kamu. Sekarang udah punya anak dua. Suaminya manager. Trus itu siapa itu yang teman SMA kamu. Berta. Ya si Berta itu. Mamanya itu kan ternyata teman bisnisnya papa. Kemarin waktu mama ketemu dia di Sun Plaza dia cerita katanya anaknya sekarang udah jadi Notaris di Sidimpuan. Udah kaya dia sekarang. Mana suaminya Pengusaha sawit .." Mama terus saja berceloteh bla bla.."

Aku hanya bisa menggerutu dalam hati. Disatu sisi mama ada benarnya. Mungkin maksudnya agar aku tidak perlu bersusah susah seperti sekarang. Sementara kalau diperusahaan papa kan aku tinggal menjalankan. Paling juga cek sana cek sini. Yang mengerjakan anak buah. Aku tinggal kasih petunjuk aja atau sesekali mengevaluasi pekerjaan mereka. Sementara kalo di kantor justru aku yang diperintah mengerjakan ini itu. Tapi semua kemudahan kemudahan itu justru yang aku gak suka. Bikin aku manja dan gak mandiri. Bukannya aku sombong karena menolak semua fasilitas yang diberikan orang tua. Jika saja aku mengabulkan semua keinganan mama dan papa, tap hal itu malah bertolak belakang dengan hati aku, alhasil kan aku kerjanya jadi gak maksimal. Gak ikhlas. Dan aku ngerasa terkekang dan terbebani. Itu yang aku gak mau.

Lagipula aku punya 2 orang adik yang siap meneruskan perusahaan papa. Mereka cukup pintar dan bisa diandalkan. Jadi rasanya gak masalah kalau aku sebagai anak tertua ini berusaha sendiri dengan kemampuan sendiri. Toh papa belum terlalu tua untuk istirahat dari bekerja. Pernah hal itu aku utarakan ke papa. Papa sih awalnya gak terima. tapi lama kelamaan setelah aku beri pengertian papa mengikhlaskan jalan hidup yang aku pilih. Sebenarnya mama juga gitu. Tapi terkadang jika dia udah ketemu sama teman-temannya yang anaknya itu lebih sukses dari aku, mulai deh omelannya sepanjang jalan kenangan.

"Mama cuma ingin kamu bahagia nak.." Kata mama suatu hari.
"Aku bahagia kok ma.."
"Kalau kamu bahagia, harusnya itu terpancar dari wajahmu. Lihatlah badanmu itu. Makin kurus. Kantung mata makin hitam. Kamu jarang tidur kan ?"
"Aku baik baik aja ma, cuma penyakit kalong ku ini susah sembuhnya.." candaku
"Coba kamu bisa seperti Mita ya. Pasti kamu.." Aku memotong pembicaraan mama. Gerah dibandingi teruss.
"Mamaaaa.. anakmu ini punya semua yang orang lain punya. Yang aku belum punya cuma pacar itu ajaaaa...."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar