Jumat, 26 Februari 2016

Pernikahan = bersama

Saya rasa setiap pasangan akan memerlukan banyak jeda untuk bisa saling mengerti dan memahami. Saya merasakan ada begitu banyak jarak di awal pernikahan saya. Saya yang pembosan. Suami yang pencinta. Saya yang mulai kembali sayang. Suami yang lelah dan jenuh pada keadaan. Lalu kami memiliki anak sebagai penyambung komunikasi. Entah itu sekedar basa basi atau mungkin inilah hati.


Lalu kebersamaan itu kembali hadir setelah tangis yang dulu pernah terurai. Mungkin karena komunikasi tidak lagi basi. Ada banyak cerita didalamnya, atau hanya sekedar bertanya kabar, pada hal baru beberapa menit terakhir berjumpa. "Aku rindu" katanya.

Tidak sulit. Karena pernikahan bukan lagi saat kita saling mencari kelemahan, bukan lagi saat kita hanya memberi atau menerima, tidak lagi tentang siapa yang pertama menyatakan "sayang". Pernikahan adalah saat kekurangan menjadi kelebihan yang berlebih, saat memberi juga menerima, saat dimana kata sayang adalah azimat kata yang luar biasa.  Tidak ada salahnya toh masih saling memanggil panggilan mesra saat masa pacaran. Heii.. tidak ada kata tua buat bercinta. Puberitas bisa saja datang berkali kali. Right ?? :)

Karena pernikahan adalah saat segalanya akan baik-baik saja saat masih bersama.

Lalu inti dari semua itu adalah memaafkan. Ada banyak salah yang terjadi. Ada banyak teriakan yang terlontar. Lalu mengapa tidak menjadikan maaf adalah obatnya. Saat cinta itu kembali luntur, maka berjuanglah jika itu memang perlu, dan belajarlah menerima. Karena jika Tuhan saja tidak menuntut kesempurnaan lalu kenapa kita melakukannya ? 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar