Sabtu, 11 Februari 2012

Kenapa Harus Valentine

"Aku mau dibelikan coklat waktu nanti valentine. Trus aku juga mau dikasih bunga. Ingat ya ayank.. Jangan kayak valentine tahun kemarin. Aku gak dapet apa-apa dari kamu." sungutku
"Emang harus ya ?" mata tajam itu melirikku sekilas lalu kembali asik mengutak atik notebooknya.
"Pokoknya kalo gak dibeliin aku bakal ngambek."
Selanjutnya aku diam. Dia pun diam Bikin hati tambah kesal. 

Sepuluh menit berlalu. Gak ada bujukan darinya. Lalu waktu beranjak 30 menit. Dia masih saja diam. Kekesalanku udah sampai diubun. "Digooooo...!!! nyebeeliiiinnn... !!

***

Lima belas hari berlalu, aku gak pernah lagi mau menemui Digo. Aku merasa Digo gak pernah sayang sama aku. Buktinya dia gak pernah perhatian. Selalu sibuk dengan dirinya sendiri. Dia gak mau lagi nemenin aku nyari buku. Alasannya sibuk. Gak mau lagi ikut gabung bareng temen-temen aku. Alasannya dia gak bisa masuk dengan pergaulan kami. Dasar egois. Dia juga gak pernah lagi ngajakin aku nonton. udah dua bulan. Padahal nonton itu adalah kegiatan favorit kami akhir pekan. 

Tapi dia masih sering mengingatkan aku jangan sampai telat makan. Aku memang punya penyakit maagh akut. Hm dalam hal ini dia emang perhatian. Dia juga sering ingatin aku agar jangan sampai lupa ngerjain tugas kuliah. Ingatin aku belajar. Ingatin aku minum obat karena katanya dia gak mau liat aku collapse dadakan. Dia juga sering.... ah ternyata dia masih sering merhatiin kebutuhan aku. Lalu apa yang kurang ?

Apakah ini hanya masalahku saja yang terlalu kekanak kanakan ? Bukankah Digo juga punya kegiatan sendiri. Dia punya pergaulan sendiri dengan temannya. Toh dia tak pernah melarangku atau memaksaku untuk dekat dengan teman temannya. Berbeda dengan aku yang memaksa Digo mau menerima teman temanku. Sebenarnya Digo bukannya tidak mau berteman dengan Dita, Silla atau Zeta. Menurut Digo, temanku itu memang baik. Tapi kadang genit padanya kalo pas aku lagi gak ada. Tentu saja aku tidak percaya perkataannya. Tapi bagi Digo itu gak masalah. Yang penting dia hanya ingin menjaga jarak dengan godaan, dari pada dia kehilangan cintanya ke aku. Ah Digo..

Tiba-tiba saja aku rindu sapaannya di telpon. Rindu kedatangannya yang tiba-tiba dikamarku. Rindu dipandang lama saat aku memejam mata. Aku rindu sorot matanya saat memohon agar aku mau makan lebih banyak dari  biasanya. Aku rindu candanya saat aku mulai cemberut dengan kecuekannya.
Digo Digo Digo. Kamu dimana ?

***

You change your mind
Like a girl changes clothes
Yeah you, PMS
Like a bitch
I would know


Suara lagu itu berdering dering dari HP ku. Itu kan nada panggilan dari Digo. OMG.
"Halo.."
"Sayang.. kangen ."
suara Digo
"Aku juga kangen kamu Go." aku berkata dalam hati. Tentu saja aku gak akan mau jujur bilang sama dia kalo aku merindukannya berkali kali lipat.
"Kamu gak kangen aku ya.." sungutnya. Aku tersenyum. Aku bisa membayangkan wajah Digo yang membentuk kerucut kalo lagi cemberut. Tapi aku tetap diam. Aku gak mau menjawab pertanyaannya. Biar aja. Salahnya sendiri membuat hatiku blingsatan menahan rindu.

"Hm jadi gitu. Gak kangen aku beneran ? Ntar nyesel loh gak dapat cokelat plus bunga dari aku ." Godanya.
"Mauuuuu.. !!" mendadak suaraku nyala tanpa aku sadari. Membuat tawa renyah Digo meledak ditelingaku.
"Digoooo... malah ketawa.. !! Mana cokelatnya. Pokoknya kalo gak ada cokelat aku....."
"Kalo mau cokelat buka pintu dulu. Jangan senyum senyum nyengir gitu. Emang kamu pikir aku gak liat wajah jelekmu itu nyengir ..?" Ejeknya

"Digooo.. !" Aku memeluknya segera setelah aku membukakan pintu.
"Hufftt aku kangeeeenn.." sungutku.
"Jahat banget sih .." air mataku mulai menetes
"Kalo kangen jangan gengsi. Napa gak telpon aku ? SMS ku aja gak pernah dibales. Kangen apa tuh .." sungutnya
"Tapi kan aku lagi ngambek Go... Kamu sih.." Aku balas bersungut sungut
Digo tertawa.
"Udah jangan mewek gitu. Tambah jelek. Iya aku minta maaf sayang. Kan aku belakangan sibuk.." jawabnya
"Sibuk apa sih Go, maunya kan kalo aku gak telpon kamu yang telpon aku. Kan aku lagi ngambek...!
"Gak ada alesan ngambek. Yang kangen sapa dulu. Telpon dunk kalo kangen."
Ejeknya
"Kamu gak kangen kan ama aku. Udah aku duga sih.." Aku melepas pelukanku.

"Hei.. udah dunk. Iya aku minta maaf. Belakangan aku sibuk cari duit tambahan." jelasnya
"Loh buat apaan ? Emang gaji kamu gak cukup ?"
"Aku inikan kerjanya baru kontrak sayang. Gaji juga UMR. Pas pasan buat bayar kos ama makan. Trus buat beli cokelat buat kamu aku dapet duit dari mana ?"
"Digo ..."
"Hehehe aku becanda. Kamu udah mandi ? keluar yuk ..!"
"Udah tinggal ganti baju sih. Mau kemana emangnya ?"
"Ya udah kamu ganti baju, aku tunggu 7 menit. Kalo lewat ntar hadiah valentine dariku batal aku kasih.. !"
ancamnya.

Bergegas aku lari kekamar. Sempat kudengar ledakan tawa Digo. Dia ngerjain aku banget hari ini. Asem.

Dua puluh lima menit kemudian kami sudah ada di Resto Cafe. Tempat favorit kami berdua. Lumayan rame. Mendadak perutku nagih ganjelan. Hihihi. Aku emang dari kemarin belon makan. Efek ngambek.

"Mau makan apa sayang ?" tanya Digo
"Hm spagheti aja.."
"Minumnya ?" tanyanya lagi
"Lemon Tea.."
"Gak mau yang lain ?" Digo mulai bawel. Biasanya dia tahu menu favorit aku. Masa dia lupa. Aku mulai cemberut.
"Gak mau pesan sebatang cokelat plus setangkai mawar ?" senyum nakalnya mengembang.
Digo mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Setangkai mawar dan sebatang coklat chunkybar favorit aku. Bikin terharu. Hiks hiks.

"Digo ?" aku tertegun. Senang. Mataku berkaca-kaca.
"Buatku ?" tanyaku bodoh
"Bukan, buat pelayan resto. Iyalah buat kamu sayang ?"
"Makasih ya.." Aku menggenggam tangan Digo. Baiknya pacarkuu. Hati kecilku nyengir.
Tapi kok cokelatnya ringan. Bingung aku menggoyang goyang kotak coklat ditanganku.
"Apa ini ?" tanyaku heran
"Buka aja !" perintahnya.

Aku membuka kotak berlabel cokelat yang ada ditanganku dan mengeluarkan isinya. Aku terkejut. Cincin. Apa aku gak salah. Isinya cincin ?
"Digo ?" aku minta penjelasan
"Ini tanda ikatan kita..!" katanya
"Ikatan ?" Maksudnya ?"
"Aku mau nanya sama kamu. Kamu sayang gak sama aku..?"
Aku mengangguk.
"Cinta gak ?" aku kembali mengangguk
"Kalo gitu mau gak jadi kekasihku selamanya ?"
"Selamanya ?" Aku gak ngerti
"Iya selamanya. Sekarang jadi pacar dulu. Trus kalo cincin itu udah dijari kamu kita resmi tunangan. Kalo udah di KUA resmi nikah. Mau ?"
"Digooo.."
"Gak jawab, berarti iya.. !!

Digo mengambil cincin dari tanganku. Tanpa persetujuanku dia melingkarkan cincin itu dijari manisku.

"Pas sekali..!" katanya
"Iya pas..!" aku mengikuti
"Tapi Go, ini kan belum valentine. Kok udah dikasih hadiah ?" tanyaku heran
"Kenapa Harus Valentine ?"
Aku diam. Tak ingin menjawab.

"Sayang itu akan ada setiap hari untukmu. Gak hanya hari valentine yang datangnya setahun sekali. Atau kamu mau aku sayangnya kekamu pas tanggal 14 februari aja. Sesudahnya aku kembali sibuk. Gak lagi merhatiin kamu. Gak lagi mau nemenin kamu. Kamu maunya gitu ?"

"Gak gituu.." Tapi kan valentine itu momennya kasih sayang Go. Makanya aku..." 

Belum sempat aku melanjutkan ucapkanku Digo menggenggam jariku lembut. ada desiran halus dihatiku. Ah pria ini. Selalu saja sukses bikin aku gemetar ser seran.

"Kamu tahu, sekarang mungkin bukan saatnya aku bisa membawamu ke altar. Karena kita masih sibuk dengan cita-cita kita. Tapi percayalah. Akan ada masa dimana pada suatu hari aku dengan senyuman cinta bisa mengajakmu menginjak altar pernikahan. Lalu kita hidup berdua membesarkan anak-anak kita kelak hingga kita tua. Yang aku butuhkan darimu sekarang ini hanyalah percaya. Percayalah padaku sayang. Percaya bahwa pada suatu saat aku bisa mewujudkan impian kita dengan kau masih disisiku sampai waktu itu tiba. Kau mau ?"

Aku tersenyum. Air mataku menetes. Bukan air mata kesedihan. Aku bahagia. Ternyata Digo mencintaiku.
"Aku mau.." Jawabku.
Digo memelukku erat. "Terima kasih sayang, aku mencintaimu.." Bisiknya ditelingaku.
Aku mengangguk. Memeluknya lebih erat dari biasanya.

"Tak akan ku meragu padamu lagi. Aku janji.." Bisikku.

Hari itu, kurasakan langit lebih cerah dari biasanya. Seperti bulan yang tiba-tiba datang ditengah hari siang. Menyambut bahagiaku bersama kekasihku.

"Aku mencintaimu Digo !"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar