Rabu, 21 September 2011

Ikhlas


Seseorang yang tulus bekerja dalam kesederhanaannya, akan ditunjukkan jalan menuju kebaikan yang lebih besar-Mario Teguh


Siang tadi, dikala jam istirahat, saya iseng-iseng buka facebook. Melihat-lihat status mana yang kira-kira menarik untuk diberi komentar. Setidaknya status mana yang bisa dirusuhi :D. Setelah beberes mulai buka-buka lagi status yang kira-kira memberikan inspirasi buat saya. Maka jatuhlah pilihan pada status yang diatas itu. "Seseorang yang tulus bekerja dalam kesederhanaannya, akan ditunjukkan jalan menuju kebaikan yang lebih besar".

Baiklah sedikit saya bercerita. Dulu saya punya teman. Namanya prima (nama samaran). Dia itu teman saya dari SMP sampai dengan SMA. Dia bukanlah orang yang luar biasa. Prestasinya disekolah juga biasa-biasa saja. Bahkan dibawah saya. Wajahnya manis. Tapi yaaa.. manis-manisnya sihitam manis. Postur tubuhnya yang mungil dan sedikit pendek kelihatan tidak menarik. Dia juga bukan dari golongan atas. Dengan kondisinya yang demikian itu, tak terlihat dari dirinya sifat yang minder. Bahkan dia kelihatan ceria. Seolah mensyukuri apa saya yang ada didirinya. Tidak sekalipun mengeluh.

Tamat dari sekolah dia kuliah. Sama seperti saya. Hanya saja dia ambil D3 sedangkan saya S1. Setamat kuliah prima tidak bekerja. Mungkin karena faktor dia yang biasa-biasa saja itu mungkin sulit baginya untuk diterima kerja. Lalu diapun ambil kursus membuat kue selama 3 bulan. Dan setelah itu saya dan dia kehilangan kontak. Karena setelah menyelesaikan S1 saya diterima bekerja di salah satu instansi pemerintah yang beda daerah dengan prima.

Tiga tahun kemudian, tanpa sengaja kami bertemu. Awalnya saya gak tahu kalau itu dia. Jadi ceritanya keponakan saya mau berulang tahun dikota yang sama dengan Prima. Jadi ceritanya pengen pesan kue ulang tahun yang keren dan menarik. Seorang teman difacebook mengenalkan saya pada satu akun facebook. "Ima brownies" (samaran lagi). Karena gak ingin mengecewakan keponakan saya, akhirnya sayapun janjian ketemu di Tokonya si "Ima Brownies" ini.

Awal bertemu, saya gak ngeh kalo pemilik Toko Kue "Ima Brownies" itu teman saya. Perawakannya yang sedikit lebih mirip ibu-ibu yang membuat saya pangling. Tadipun saya mikirnya dia ini salah satu pelayan di toko ini. Gayanya yang sederhana, tidak memakai perhiasan yang "wah" kayak ibu-ibu kaya kebanyakan (secara dia ini pemilik toko kue yang tersebar dimana-mana itu). Tutur katanya yang halus dan melayani dengan sangat ramah. Siapa sangka dia ternyata "sang pemilik" toko :D.

Prima memperlihatkan bentuk kue yang laris dipesan untuk ulang tahun anak-anak. Dan sayapun dengan antusias memilih milih model kue yang menarik menurut saya. Lalu tiba-tiba Prima bertanya .. "Hm Lea ya.. ? wah saya kaget. "Kok tau mbak..?" *dengan ekspresi bengong bin takut. Jangan-jangan nih orang dukun lagi.. *halagh*.. "Leaaaa... ich masa gak kenal aku.. Prima ini. kita kan dulu satu sekolah, satu kelas, beda bangku dan bla bla bla..." mengalirlah cerita-cerita masa dulu dari bibirnya. "Primaaaa.. idih kamu toh.. subhanallohh.. sesuatu banget ya kamu sekarang " akhirnya saya tersadar kalo makhluk didepan saya ini beneran teman saya. *plak :D*

Akhirnya, bukannya milih kue kami pun saling bertukar cerita tentang perjalanan hidup kami selama 3 tahun kebelakang. Ternyata dia itu, setelah menyelesaikan kursusnya mulai belajar buat usaha sendiri dirumah. Dari mulai buat kue untuk dijual di toko-toko seperti risol, kue kukus, donat dll (gak ngudeng ama nama-nama kue : ngudengnya cuma makannya doank :D) sampai akhirnya dia berani menerima pesanan kue dari kantor-kantor dan toko-toko kue lainnya. Prima juga mengasah ilmunya dengan mengambil kursus-kursus lainnya sampai akhirnya dia tidak hanya bisa buat kue-kue basah, tapi juga bisa menerima pesanan kue ulang tahun dengan berbagai model, menerima pesanan brownies, tart dll. Dan sekarang dia punya satu toko yang dia beli dari hasil usahanya itu. Usahanya juga udah buka cabang dimana-mana. Luar biasa. *sesuatu banget yah*

Saya terkagum-kagum mendengar cara Prima berceloteh tentang usahanya, pasang surut yang dia alami. Bagaimana dia akhirnya bertemu jodohnya, menikah lalu memiliki 2 bocah yang lucu-lucu. Dalam hati saya merasa sedikit iri. Betapa dia yang biasa-biasa saja itu memiliki keberuntungan yang sedemikian rupa. Saya membandingkan diri saya dengannya. Lihatlah.. saya yang lulusan Cumlaude, diterima bekerja di Instansi Bergengsi di Kantor Pemerintah, berwajah lumayan cantik, tapi memiliki nasib yang tak seberuntung "prima". Ah ternyata saya tidak mensyukuri pemberian Tuhan ini. *eits bukannya tidak mensyukuri.. tapi saya sekarang ini lagi "iri". Sebutlah demikian. Saya bertanya pada Prima.

"Aku iri loh Prim, kamu bisa sesukses sekarang.. Apasih resepnya ?"
"Gak ada resep apa-apa.. " gelaknya.
"Aku ini hanya menjalani takdir yang telah di suratkan Tuhan. Menjalani kehidupan apa adanya. Berusaha untuk ikhlas terhadap apapun yang aku terima dan hadapi. "Mensyukuri" itu intinya. Ada kalanya aku jatuh. Aku ikhlasin aja. Mungkin belum rezeki. Dan aku usaha lagi. Ya Alhamdulillah sampai sekarang bisa begini." ceritanya
" Gak ada trik trik apaaa gitu.. Aku pengen loh sukses kayak kamu. Gaji Pegawai Negeri kan kecil Prim.. sementara kebutuhan baaaanyyaakkk banget .."
"Ya hemmat dunk beibh.." Canda Prima. "Aku tuh gak pernah menggunakan uang untuk hal-hal yang mubazir non. Bukan karena aku pelit. Cari duit itu susah loh. Dan mubazir itu temennya setan. Aku kan gak mau temenan ma setan." *becanda mulu nih anak.

Tapi ada benarnya juga. Flash Back lagi. Betapa saya sering kali menggunakan gaji "yang tak seberapa itu" dengan sesuatu yang kadang-kadang gak bermanfaat. Beli tas dengan berbagai warna sekalian di machingin ama sepatunya. Ngabisin duit buat jajan and makan diluar ama temen and bla bla bla yang lain. Padahal kalo aku tabungin aja tuh duit atau dikumpulin lah trus buat usaha yang lain pasti lain lagi hasil yang aku dapat.
"Pengen banget aku jadi kaya kayak kamu.." nelangsa
Prima tergelak. "Kaya tuh gak penting non, yang penting tuh "berkecukupan". Kaya mah gak ada cukup cukupnya :D .."
"Tulus dan ikhlaslah dalam melakukan apapun. jangan lupa mensyukuri. Tuhan suka dengan hambaNya yang suka bersyukur.." Katanya lagi. Ah prima. Bahkan dengan kekayaan yang dia miliki dia masih saja kelihatan sederhana.

Ah.. betapa belajar ikhlas itu sangat susah dijalankan dan dilakoni. Mungkin terhadap satu atau dua masalah yang menghimpit kita sih bisa ikhlas. Bagaimana jika masalah itu datangnya bertubi-taba. Menghantam sampai kita bahkan susah untuk bangkit lagi. Mungkin itulah yang disebut dengan "belajar ikhlas". Namanya juga belajar. Mungkin sedikit dikit dululah. Misalnya berani ikhlas mengaku salah, ikhlas menerima omelan kalo ternyata emang salah dan tentunya kesalahan yang dibuat kudu "diperbaiki". Juga ikhlas berani menerima kalo ternyata saya ini tipe orang "yang kurang bersyukur" :| *maknjlub*.

Terbaca lagi kalimat yang ditulis oleh Mario Teguh itu "Seseorang yang tulus bekerja dalam kesederhanaannya, akan ditunjukkan jalan menuju kebaikan yang lebih besar".

Seandainya saja saya bisa lebih ikhlas dan bersyukur :|


2 komentar: