Aku mengingatnya kawan. Sebuah pulau tempat bersemayamnya cinta. Sebuah pulau tempat segala cita tercipta. Sebuah pulau dengan banyak keindahan. Pasir putih menghampar, laut biru berhiaskan terumbu karang. Sangat indah. Sebuah pulau yang jika kau berkunjung kesana, kau akan temukan banyak keramahan dan eksotika keindahan alam disekitarnya. Aku rindu sekali dengan celotehan cericit anak kecil mengajakku berenang melewati ombak pantai yang terbentang kebiruan. Disanalah telah kuperdengarkan sajak keharuanku akan kenangan.
Pulau itu, jika kau mengunjunginya, kau akan melewati desa masa kecilku. Sei Beremas lurus hingga ke ke Bungus. Disitu akan kau temui pelabuhan menuju kesana. Rindu sekali aku ketika melewati tepian jalan yang dipenuhi dengan pemandangan indah lautan. Biru terbentang menyerupai awan. Disebelah kiri jalan akan kau temui hamparan gunung dan sawah. Pemandangan hijau menyejukkan mata.
Mentawai..
Pulau masa kecilku dulu. Puluhan tahun sudah aku tinggalkan. Ada kerinduan yang menghentak. Yang tiba tiba saja membuncah kenangan. Namun kini, pulau itu tak lagi menampilkan eksotikan keindahan. Ada kedukaan yang tersirat. Pulau itu, menghenyak banyak pecintanya. Gempa Bumi 7,2 SR yang terjadi beberapa waktu lalu dan gulungan air laut meluluh lantakkannya. Pulau itu mendadak hening. Sepi. Tak lagi ceria. Ada keramahan yang tersamar, terpercik air mata luka. Mentawai berduka. Irama kehidupan sudah tak seromantis dulu. Saat daun-daun berguguran, angin menutup mata dan lambaikan tangan-nya dan bibir kitapun terkoyak luka. Nyanyian alam kini menjadi tembang kematian.
siapa lagi yang akan menangis?
siapa yang terluka?
siapa yang kehilangan?
Jalan mulus putih terbentang tak lagi seperti dulu. Tak lagi menjadi dejavu. Ada yang berbeda. Apakah ini reinkarnasi pada kematian hidup ? Kembali pada jalan-jalan baru. Sebuah cerita yang dengan terpaksa harus kembali di-eja. Menuliskan lagi detil detil kisah pada secarik rindu. Rindu akan wangi alam Mentawai. Yang ramah, yang eksotis. Menghitung kembali helai helai gerimis yang turun disaat luka mulai mengering.
Terseok melangkah. Akankah Mentawaiku kembali berjaya. Kembali bangkit. Lewati bongkahan bekas sisa jerih payah. Bersatu menanam timbunan luka. Pada tanah pasir yang putih . Menyemai rindu bersama nyanyian alam. Saat ombak memberi salam.
Hadir,nyai..:-P
BalasHapustambah keren aja buah pikiranx neng...salut2...ckckck...
BalasHapusemir : tumben, biasanya komen panjang lebar :p
BalasHapusfirman : hahai biasa aja kok :)
Secukupnya aja,nyai...:-P
BalasHapus