"Aku tak sanggup." wajah pilu wanita itu membeku. Seiring tetes air mata dipipinya menetes deras tak tertahan. Aku hanya bisa diam. Tak tahu harus bagaimana. Tak mungkin menasehatinya untuk melupakan pria itu. Percuma. Disaat sedih dan galau begini, takkan mungkin ada satu nasehatpun yang bisa meredakan kesedihan dihatinya. Dan aku hanya bisa membiarkannya menangis tersedu-sedu membasahi bahuku.
"Aku gak tau harus ngomong apa Nin.. tapi menangislah kalau itu bisa membuatmu lega." Ujarku akhirnya.
"Aku mencintainya Za, kamu tahukan ?"
"Aku tahu, trus mau gimana. Mungkin dia yang tidak lagi merasakan cinta yang sama. gak mungkin dipaksakan."
"Kalau memang aku salah, dia bisa bilangkan ? Aku mau ngelakuin apa saja asal dia mau meralat kata-katanya. Aku gak mau putus Za.."
"Aku ngerti yang kamu rasain Nin.. Aku juga pernah ngalamin hal yang sama.."
"Trus..
"Ya gitu, awalnya nangis. Mewek. Menyesali nasib. Merasa terpuruk. Menghujat Tuhan. aku bahkan pernah mencoba bunuh diri. Tapi apa yang aku dapat. Gak ada Nin.. hanya kesia-siaan. Menarik seluruh perhatiannya adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan."
"Dia bagaimana ?" Nina menghapus air matanya. Memandangku serius. Seolah-oleh disini akulah yang bermasalah. Bukan dia. Aku tersenyum. Memegang tangannya.
"Kita tak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai kita jika ternyata dia memang udah gak cinta sayang. Aku bersyukur, pria itu tidak lagi masuk kedalam kehidupanku setelah kebodohan-kebodohan itu aku lakukan. Bayangkan, jika saja dia kembali padaku dengan segala keterpaksaannya, karena merasa kasihan. Hubungan seperti apa yang akan kamu jalani sekarang ? Aku tidak hanya menyiksa dia, aku juga menyiksa diriku sendiri. Karena, cinta yang akan kami jalani adalah cinta yang hambar. Ibaratnya, anak kecil yang tidak suka makan sayur tapi dipaksa untuk makan. Hasilnya sianak karena keterpaksaannya mencari-cari jalan untuk membuang sayur ketong sampah tanpa sepengetahuan ibunya. Dan andaipun dia pada akhirnya memakan semua sayuran-sayuran itu, raut mukanya pasti cemberut seharian. Dan ia akan terus-terusan trauma dengan rasa sayur. Kasihankan ?"
"Tapi gak semudah itu melupakan Za :( .. Aku cinta dia. Masih sangat cinta..!" Nina cemberut lagi.
"Gak ada sih yang bisa kamu lakuin selain melupakan cintamu dan jalani hari seperti biasa. Bangun pagi, sarapan, kerja. Hang out dengan teman-teman. Atau sesekali bisa traktirin aku beli buku di Gramedia misalnya :D .."
"Idiiihh maunyaaaa.. gratisan mulu." Nina mencubit lenganku membuatku tergelak. Sedihnya sudah hilang rupanya.
"Kata orang nih ya, tulang rusukmu tak akan tertukar dengan orang lain. Jadi jika memang Tuhan tidak menghendakimu berjodoh dengan pacarmu itu, ya sudahlah. Terima aja. Berat sih. Tapi cobalah belajar ikhlas. Mungkin saja, disebalik sakit hatimu yang sekarang ini Tuhan sudah menyiapkan pangeran lain yang lebih baik untukmu. Who knows honey :) ."
"Sulit Za.." Keluhnya. "Ini aja kalo aku ingat dia aku dah pengen nangis rasanya."
"Siapapun pasti gitulah Nin, mana ada orang yang baru putus trus ketawa ketiwi. Minimal sehari atau paling tidak seminggu itu pasti bawaannya mellooowww mulu. Nah aku yang dah putus setahun aja masih berasa melownya. Tapi, cobalah lihat lagi. Disekeliling kita masih ada orang-orang yang bisa bikin kita happy. Orang tua, teman kantor, tetangga, teman di dumay. Banyak kan ? Tinggal kamu aja kuncinya, mau atau gak keluar dari kesedihanmu itu. Segudang nasehatpun dari orang yang masuk ketelingamu bakal keluar lagi dari telinga yang satunya kalo dari kamunya sendiri gak punya keinginan untuk keluar dari masalah-masalah yang ada."
"Putus itu menyakitkan..!" desahnya lagi
"Lebih sakit lagi kalo gak bisa makan non :)) ." gelakku
"Dasar gendut makan mulu mikirnya :D ." Nina tertawa.
"Aku pernah baca status di facebook. Gini kira-kira "kalau kamu ingin bahagia, maka bersyukurlah. Karena menjadi bahagia, bukan berarti segalanya berjalan lancar, tetapi pada saat kita bisa menerima keadaan apapun dengan hati yang lapang dan rasa syukur." Gitu juga kamu. Jika sekarang harus putus dengan dia, cobalah menerima dengan hati yang lapang. Bertawakkallah. Tuhan tak akan memberatkanmu dengan masalah-masalah yang kamu sendiri tak akan sanggup menjalaninya. Dan jikapun kamu sampai harus menjalani kesedihan seperti sekarang, itu tandanya Tuhan masih sayang kamu. Masih melindungi kamu dari hal-hal yang mungkin dikemudian hari akan kamu sesali. Klise sih. Mungkin kamu mikir kok aku gampang banget ngomong gini. Gak gampang sebenarnya. Aku udah bilangkan kalo aku udah pernah ngalamin hal yang sama. Dan aku memilih jalan yang salah. Akhirnya apa yang aku dapat ? Gak ada. Dan akhirnya aku sadar. Hanya diriku sendiri yang bisa membuat aku bahagia. Bukan orang lain. Bukan juga pria yang sudah meninggalkan luka di hati aku. Dan sekarang, aku menjalani hari seperti biasa, bahagia dengan apa yang aku dapat sekarang. Aku bersyukur, Tuhan memberiku segala kemudahan untuk melupakan pria itu dan belajar mengikhlaskannya. Begitulah :) ."
"Hebat ya kamu .." Nina terperangah
"Nggak juga sih hahaha aku sempat salah jalan loh. Makanya aku tuh gak mau kamu gitu."
"Ich sahabatku nih baiiikk bangettt.. peyuk peyuukkk.." Nina memelukku erat. Air mata kembali menetes dipipinya. Tapi kali ini air mata yang berurai senyuman. Entah kata-kataku tadi cukup melegakan hatinya atau gak. Tapi yang pasti, setelah percakapan tadi, Nina mengajakku shopping seharian di Plaza Medan Fair and mentraktir aku sebuah buku di Gramedia. :)).
"Aku gak tau harus ngomong apa Nin.. tapi menangislah kalau itu bisa membuatmu lega." Ujarku akhirnya.
"Aku mencintainya Za, kamu tahukan ?"
"Aku tahu, trus mau gimana. Mungkin dia yang tidak lagi merasakan cinta yang sama. gak mungkin dipaksakan."
"Kalau memang aku salah, dia bisa bilangkan ? Aku mau ngelakuin apa saja asal dia mau meralat kata-katanya. Aku gak mau putus Za.."
"Aku ngerti yang kamu rasain Nin.. Aku juga pernah ngalamin hal yang sama.."
"Trus..
"Ya gitu, awalnya nangis. Mewek. Menyesali nasib. Merasa terpuruk. Menghujat Tuhan. aku bahkan pernah mencoba bunuh diri. Tapi apa yang aku dapat. Gak ada Nin.. hanya kesia-siaan. Menarik seluruh perhatiannya adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan."
"Dia bagaimana ?" Nina menghapus air matanya. Memandangku serius. Seolah-oleh disini akulah yang bermasalah. Bukan dia. Aku tersenyum. Memegang tangannya.
"Kita tak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai kita jika ternyata dia memang udah gak cinta sayang. Aku bersyukur, pria itu tidak lagi masuk kedalam kehidupanku setelah kebodohan-kebodohan itu aku lakukan. Bayangkan, jika saja dia kembali padaku dengan segala keterpaksaannya, karena merasa kasihan. Hubungan seperti apa yang akan kamu jalani sekarang ? Aku tidak hanya menyiksa dia, aku juga menyiksa diriku sendiri. Karena, cinta yang akan kami jalani adalah cinta yang hambar. Ibaratnya, anak kecil yang tidak suka makan sayur tapi dipaksa untuk makan. Hasilnya sianak karena keterpaksaannya mencari-cari jalan untuk membuang sayur ketong sampah tanpa sepengetahuan ibunya. Dan andaipun dia pada akhirnya memakan semua sayuran-sayuran itu, raut mukanya pasti cemberut seharian. Dan ia akan terus-terusan trauma dengan rasa sayur. Kasihankan ?"
"Tapi gak semudah itu melupakan Za :( .. Aku cinta dia. Masih sangat cinta..!" Nina cemberut lagi.
"Gak ada sih yang bisa kamu lakuin selain melupakan cintamu dan jalani hari seperti biasa. Bangun pagi, sarapan, kerja. Hang out dengan teman-teman. Atau sesekali bisa traktirin aku beli buku di Gramedia misalnya :D .."
"Idiiihh maunyaaaa.. gratisan mulu." Nina mencubit lenganku membuatku tergelak. Sedihnya sudah hilang rupanya.
"Kata orang nih ya, tulang rusukmu tak akan tertukar dengan orang lain. Jadi jika memang Tuhan tidak menghendakimu berjodoh dengan pacarmu itu, ya sudahlah. Terima aja. Berat sih. Tapi cobalah belajar ikhlas. Mungkin saja, disebalik sakit hatimu yang sekarang ini Tuhan sudah menyiapkan pangeran lain yang lebih baik untukmu. Who knows honey :) ."
"Sulit Za.." Keluhnya. "Ini aja kalo aku ingat dia aku dah pengen nangis rasanya."
"Siapapun pasti gitulah Nin, mana ada orang yang baru putus trus ketawa ketiwi. Minimal sehari atau paling tidak seminggu itu pasti bawaannya mellooowww mulu. Nah aku yang dah putus setahun aja masih berasa melownya. Tapi, cobalah lihat lagi. Disekeliling kita masih ada orang-orang yang bisa bikin kita happy. Orang tua, teman kantor, tetangga, teman di dumay. Banyak kan ? Tinggal kamu aja kuncinya, mau atau gak keluar dari kesedihanmu itu. Segudang nasehatpun dari orang yang masuk ketelingamu bakal keluar lagi dari telinga yang satunya kalo dari kamunya sendiri gak punya keinginan untuk keluar dari masalah-masalah yang ada."
"Putus itu menyakitkan..!" desahnya lagi
"Lebih sakit lagi kalo gak bisa makan non :)) ." gelakku
"Dasar gendut makan mulu mikirnya :D ." Nina tertawa.
"Aku pernah baca status di facebook. Gini kira-kira "kalau kamu ingin bahagia, maka bersyukurlah. Karena menjadi bahagia, bukan berarti segalanya berjalan lancar, tetapi pada saat kita bisa menerima keadaan apapun dengan hati yang lapang dan rasa syukur." Gitu juga kamu. Jika sekarang harus putus dengan dia, cobalah menerima dengan hati yang lapang. Bertawakkallah. Tuhan tak akan memberatkanmu dengan masalah-masalah yang kamu sendiri tak akan sanggup menjalaninya. Dan jikapun kamu sampai harus menjalani kesedihan seperti sekarang, itu tandanya Tuhan masih sayang kamu. Masih melindungi kamu dari hal-hal yang mungkin dikemudian hari akan kamu sesali. Klise sih. Mungkin kamu mikir kok aku gampang banget ngomong gini. Gak gampang sebenarnya. Aku udah bilangkan kalo aku udah pernah ngalamin hal yang sama. Dan aku memilih jalan yang salah. Akhirnya apa yang aku dapat ? Gak ada. Dan akhirnya aku sadar. Hanya diriku sendiri yang bisa membuat aku bahagia. Bukan orang lain. Bukan juga pria yang sudah meninggalkan luka di hati aku. Dan sekarang, aku menjalani hari seperti biasa, bahagia dengan apa yang aku dapat sekarang. Aku bersyukur, Tuhan memberiku segala kemudahan untuk melupakan pria itu dan belajar mengikhlaskannya. Begitulah :) ."
"Hebat ya kamu .." Nina terperangah
"Nggak juga sih hahaha aku sempat salah jalan loh. Makanya aku tuh gak mau kamu gitu."
"Ich sahabatku nih baiiikk bangettt.. peyuk peyuukkk.." Nina memelukku erat. Air mata kembali menetes dipipinya. Tapi kali ini air mata yang berurai senyuman. Entah kata-kataku tadi cukup melegakan hatinya atau gak. Tapi yang pasti, setelah percakapan tadi, Nina mengajakku shopping seharian di Plaza Medan Fair and mentraktir aku sebuah buku di Gramedia. :)).
***
Pengalaman Patah Hati itu berguna juga rupanya :))
sangat menyentuh :l:
BalasHapusdan saya kini merasakannya :)
BalasHapus