Belakangan ini banyak sekali artis atau orang-orang terdekat saya yang meninggal dunia. Ada yang mendadak ada juga yang karena sakit. Adalah Ade Namnung. Artis sekaligus pelawak favorit saya itu tiba-tiba saja dijemput oleh Yang Maha Kuasa. Begitupun teman kerja saya yang meja kerjanya itu tepat dihadapan meja kerja saya. Kaget, sedih dan kehilangan itulah yang saya alami. Saya seperti tidak siap menghadapi kematian yang menurut saya tiba-tiba itu. Bukan karena saya marah Tuhan mengambil mereka, karena saya tahu Tuhan lebih sayang kepada mereka. Kasih sayangNya itu bahkan melebihi kasih sayang orang-orang terdekat almarhum, sehingga Tuhan menempatkan kemuliaan bagi mereka disisiNya. Saya hanya merasa ada ranting yang patah dihati saya yang diambil oleh Sang Pemiliknya. Dan tanpa sebuah ranting itu pohon hati saya seperti rapuh.
Lalu timbul pertanyaan dihati saya. Bagaimana jika saya yang diambil oleh Yang Maha Kuasa. Apakah saya sudah siap seperti mereka yang telah dipanggil terlebih dahulu. Apakah Tuhan akan berkenan menempatkan saya disisiNya. Saya ini bukanlah perempuan yang alim alim sangat. Terkadang, disela-sela hari tanpa sengaja dan secara sengajapun saya sering berbuat dosa. Pernah suatu kali saya berbohong pada atasan saya saat beliau bertanya kenapa pada suatu hari saya tidak masuk kerja. Dan dengan entengnya saya memberi alasan bohong. Padahal saya tahu bohong adalah perbuatan dosa. Lalu saat shalat saya minta maaf pada Tuhan. Meminta Tuhan memaafkan kebohongan saya. Saya tidak tahu, apakah dosa dari kebohongan itu akan dimaafkan olehNya dan dihapus dari buku catatan dosa saya. Yang saya tahu Tuhan Maha Pemaaf. Dia akan selalu mengampuni dosa hamba-hambaNya jika hambaNya itu mau "bertaubat".
Bertaubat ? Apa itu bertaubat. Yang saya tahu bertaubat adalah minta ampun kepada Yang Maha Kuasa dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Barulah Tuhan mau memaafkan dosa-dosa kita. Itu fahamnya saya. Lalu bagaimana jika dosa itu terus menerus dilakukan. Minta maaf lagi dan berbuat dosa lagi. Apakah dosa seperti itu akan dimaafkan. Hufft.. itu baru dosa kebohongan. Belum lagi dosa-dosa yang lain.
Saya tahu, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jika tidak bukan manusia namanya. Tapi dengan meminimalisir kesalahan bukankah akan lebih baik. Itulah yang saya sadari akhir akhir ini. Biarpun terasa akan sangat sakit, saya mulai mengurangi kadar kebohongan saya. Biarpun agak sedikit telat, saya usahakn sesempat sempatnya untuk mengerjakan shalat wajib yang lima. Biarpun tidak dua kali seminggu, setidaknya sekali minggu saya akan mengerjakan puasa sunat. Kalau tidak senin, ya saya upayakan kamis puasanya. Saya takut. Ya sangat takut. Takut jika suatu saat Tuhan memanggil saya tanpa peringatan, saya berharap saat itu amal ibadah saya bernilai seri dengan dosa saya. Pengennya lebih tapi jangan kurang. Karena kehidupan yang kekal sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian. Dan saya tidak sanggup menjalaninya dengan siksaan.
Tuhan... bantu saya ya :)
amin .. semoga engkau mudahkan segala urusa dari niat baik bidadari cantik ini ya Allah ...
BalasHapus